Abdul Khair, S. Hut, Kabid Tanaman Perkebunan Distanbun Kab. Dompu (foto dok. LP) |
Tetapi bukan itu saja. Di kawasan ini juga terkenal dengan hasil komoditas kopinya yang sangat berkualitas.
Bagi penikmat kopi, kopi jenis robusta yang dihasilkan dari daerah ini memiliki cita rasa yang spesial.
Kepala Bidang Tanaman Perkebunan pada Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu, Abdul Khair, S. Hut mengatakan kopi tambora kini memang semakin dikenal di mana - mana. Hal itu dikarenakan banyak produk kopi tambora tidak hanya untuk konsumsi masyarakat lokal, akan tetapi sudah menjangkau pasaran regional bahkan nasional.
"Kopi tambora memang semakin yahud karena pengusaha kopi di sana meracik dengan berbagai jenis produk," ungkapnya.
Ia mengungkapkan pengusaha kopi di kawasan Tambora sendiri di antaranya Ompu Coffee, Lumba Sena, dan beberapa pengusaha kopi lainnya.
Ada yang memasarkan dalam bentuk bubuk maupun berupa biji kopi yang sudah disangrai. Pengemasan yang digunakan juga sudah memenuhi standard mutu kemasan internasional.
"Ada yang kemasannya 150 gram, 200 gram, maupun 300 gram," sebutnya.
Abdul Khair menambahkan di sekitar Kota Dompu juga ada beberapa pengusaha kopi yang membeli kopi dan kemudian meraciknya. Di antaranya Vanbredo Coffee dan Ory Coffee. Bahkan Ory Coffee kini memiliki produk baru parfum mobil aroma kopi.
Buah kopi tambora (foto dok. Chapunk) |
Khair mengatakan kopi tambora telah mendapatkan hak paten Indikasi Geografis (IG) dari Dirjen Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI tahun 2017 lalu. Hal itu cukup mendongkrak nilai penjualan kopi tambora di pasaran nasional.
"Hak paten IG ini baru satu-satunya di NTB menunjukkan kopi tambora sudah diakui keberadaannya," ungkapnya.
Dikemukakan Khair Distanbun Kabupaten Dompu telah memfasilitasi kelompok pengusaha kopi tambora dengan alat pasca panen, sarana prasarana lantai jemur, gudang bahkan peralatan kemasan.
"Ada 2 kelompok yang difasilitasi oleh Distanbun Kabupaten Dompu di sana yaitu King Coffee 1 dan King Coffee 2. Ada juga kelompok yang difasilitasi oleh Taman Nasional Tambora," tuturnya.
Lebih lanjut Khair mengatakan dengan keberadaan para kelompok pengusaha kopi dan di sisi lain perbaikan jalur transportasi yang kian memadai memberikan gairah dan semangat baru bagi para petani kopi untuk lebih intensif lagi merawat tanaman kopi di kebun masing-masing sehingga memberikan hasil produksi yang lebih banyak.
"Beberapa tahun lalu petani kopi masih menjual kopinya dengan sistem ijin. Misalnya kebun kopi satu hektar dijual kepada pembeli dan pembeli itu yang memanennya. Tapi sekarang 4 tahun terakhir ini mereka sendiri yang memanen hasilnya bisa tiga kali lipat," katanya.
Pada sekitar era 90-an petani kopi bahkan masih menggunakan sistem barter. Satu ton beras ditukar dengan 250 kg kopi.
Ia menambahkan pada tahun 2020 ini Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu akan memfasilitasi lagi dengan unit pengolahan hasil pasca panen. (AMIN)