Alan Malingi |
Wilayah yang terhampar indah di ujung timur pulau Sumbawa ini memiliki dua nama yaitu Mbojo dan Bima. Nama “ Mbojo “ lebih dulu ada daripada “ Bima “. Nama Mbojo telah bersemi dalam tutur masyarakat jauh sebelum nama Bima yang terilhami dari nama tokoh dalam hikayat Sang Bima. Satu sumber menyebutkan bahwa nama Mbojo berasal dari kata “ Babuju “. Babuju adalah tanah ketinggian busut jantan yang besar. Babuju adalah tanah tempat pelantikan para Raja Bima yang disebut dengan Dana Ma babuju yang kemudian mengalami perubahan pengucapan menjadi Mbojo.
Sumber lain menyebutkan bahwa nama Mbojo berasal dari “ Bojo” yang berarti istri. Dalam pengucapan Jawa, kata Bojo diucapkan dengan mBojo. Hal itu didasari oleh pernikahan Sang Bima dengan Putri Tasi Sari Naga. Untuk menghormati istrinya selaku pemilik awal daerah yang dikuasakan kepadanya (Parthiwi), ia mengabadikan nama atau sebutan kepada istrinya atau bojonya dengan nama Mbojo. ( Abdullah Tayib, BA : 44-45 ).
Muslimin Hamzah menyebutkan bahwa Mbojo adalah nama asli atau nama kuno Bima. Penamaan Bima tentu mengacu pada nama tokoh Sang Bima. Pernyataan ini saya temukan dalam buku Ensiklopedia Bima yang ditulis Muslimin Hamzah halaman 358. Penerbitannya disponsori oleh Bappeda Kanupaten Bima pada tahun 1995 penebit Lengge Mataran. Tetapi setelah saya membaca tulisan terbaru dengan judul di atas, saya menemukan pernyataan yang bertentangan dengan tulisan di Ensiklopedia Bima. Secara ilmiah tentunya Muslimin Hamzah perlu melakukan klarifikasi terhadap perbedaan pernyataan seperti ini.
Helius Syamsuddin memperkirakan Mbojo berganti dengan Bima pada abad ke-14 dan bahkan lebih awal lagi yaitu pada masa Raja Darmawangsa di Jawa pada akhir abad ke-10 hingga awal abad ke-11. Ada juga prediksi bahwa Bima sudah ada pada abad ke-8 bersamaan dengan kerajaan Mataram Hindu di Jawa atau abad ke-11 pada masa pemerintahan Raja Airlangga.
Dalam hipotesa Abdullah Tayib, BA, sebelum kedatangan Sang Bima, sesungguhnya para ncuhi telah membentuk satu federasi Ncuhi yang dipimpin oleh Ncuhi Dara. Federasi ini kemudian diberi nama dengan “ Dari Mbojo”. Federasi inilah menurut Abdullah Tayib sebagai kerajaan Mbojo dengan nama “ Dari Mbojo” yang membagi wilayah kekuasaan dengan titik sentral teluk Bima. Ncuhi Dara sebagai penguasa wilayah tengah menjadi pimpinan federasi. Ncuhi Dorowuni sebagai penguasa wilayah timur menjadi Bicara Mbojo. Ncuhi Parewa di selatan, Ncuhi Banggapupa di utara dan Ncuhi Bolo di barat.
Kapan nama Mbojo berubah menjadi Bima ? Secara tekstual, nama Bima mulai muncul pada tahun 1365 dalam lontar Negarakertagama, di dalamnya disebut juga Dompo( Dompu), Sapi (Sape),Sang Hyang Api ( Pulau Sangiang) dan wilayah-wilayah lainnya. Sementara itu, Wisamarta penulis Hikayat Sang Bima mengakui bahwa dia lah yang memberikan nama Bima. Dalam hikayat itu disebutkan “ ia juga dinamainya negeri Mbojo itu Bima, maka termasyhurlah kepada segala negeri dan kepada segala dagang-dagang Bima namanya sampai sekarang ini “ ( Loir : 52).Muslimin Hamzah membantah pengakuan Wisamarta yang sangat tidak masuk akal. Pasalnya Bima sudah kondang jauh sebelum itu.
Hingga saat ini, nama Mbojo dan Bima masih dipergunakan dalam tutur masyarakat maupun dalam tradisi tulis. Contoh yang sudah baku dan sering ditulis dan diucapkan dalam komunikasi sehari-hari tengah masyarakat antara lain Dana Mbojo berarti tanah Bima, Nggahi Mbojo berarti bahasa Bima, dou mbojo berarti orang bima, jara mbojo berarti kuda bima. Sebaliknya akan menjadi janggal dalam percakapan sehari-hari jika dibalik tanah mbojo, bahasa mbojo, orang mbojo, maupun jara bima.
Bima telah menjadi nama resmi wilayah Kabupaten Bima dan Kota Bima.Dalam segala bentuk administrasi pemerintahan maupun artikel-artikel nama Bima sudah sangat populer. Sementara Mbojo tetap lestari dalam keseharian tutur masyarakatnya. Mbojo dan Bima adalah dua nama yang akan tetap abadi dalam peradaban masyarakatnya.
Penamaan Suku Mbojo itu sangatlah tepat karena mewakili entitas masyarakat di Bima dan Dompu. Ciri yang menonjol dari suku adalah kesamaan geneologi atau keturunan, kesamaan bahasa, kesamaan adat istiadat dan budaya.
Sumber :
1. Ensiklopedia Bima, Muslimin Hamzah
2. Sejarah Bima Dana Mbojo, Abdullah Tayib, BA
3. Sang Bima Mitos Atau Realitas ? Helius Syamsuddin.
4. Cerita Asal Bangsa Jin Dan Segala Dewa-Dewa, Henry Chambert Loir
5. Bo Sangaji Kai Catatan Kerajaan Bima, Henry Chambert Loir Dan Siti Maryam Salahuddin.