Adi Kurniawan, Pengendali Ekosistem Hutan Taman Nasional Tambora (TNT) |
Dompu, Lensa Pos NTB - Kerusakan hutan berdampak besar terhadap curah hujan.
Hal itu dijelaskan oleh Adi Kurniawan, Pengendali Ekosistem Hutan Taman Nasional Tambora (TNT) kemarin.
"Ekosistem lingkungan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Hutan yang gundul sangat terkait dengan banjir. Hutan yang gundul sangat berdampak pada curah hujan dan iklim yang panas," ungkapnya.
Potret kerusakan hutan di Dompu |
Adi menerangkan bahwa terjadinya hujan disebabkan proses transpirasi (penguapan) oleh tumbuh-tumbuhan.
Transpirasi adalah peristiwa perubahan air menjadi uap yang naik ke udara melalui jaringan hidup tumbuh tumbuhan, yaitu melalui stomata daun, lentisel dan cuticula.
Ia mengemukakan hutan yang lestari menjadi magnet yang memengaruhi intensitas dan volume curah hujan di kawasan tersebut. Hal itu berkorelasi pada temperatur/suhu udara.
Daerah dengan kelembaban sangat tinggi akibat intensitas curah hujan yang tinggi, maka temperatur udaranya sangat rendah. Kondisi ini menyebabkan banyak uap air yang berpotensi menimbulkan hujan.
Kerusakan hutan di Dompu |
"Terjadinya hujan adalah karena adanya uap air yang terkumpul di awan dalam jumlah besar. Akibat tidak mampu ditampung oleh awan akhirnya turun menjadi hujan," urainya.
Adi menguraikan daerah-daerah yang masih terjaga kelestarian hutannya memiliki kelembabab yang sangat tinggi dan suhu udaranya rendah (dingin). Hal itu disebabkan banyaknya curah hujan di wilayah tersebut.
"Kita lihat di beberapa daerah perbukitan dengan hutan yang masih sangat bagus, maka curah hujannya pasti sangat tinggi dan hari hujannya pasti lebih banyak," jelasnya.
Ia mencontohkan seperti di Bogor (Jawa Barat), Malino di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan dan di daerah Malang (Jawa Timur) dan sekitarnya.
Begitu juga dulu di kawasan pegunungan Lambitu di Wawo Bima, maupun di kawasan Pancasila dan Tambora (Pekat) serta di Saneo Kecamatan Woja Kabupaten Dompu curah hujan cukup tinggi katena hutan yang masih terjaga. Setelah hutan di kawasan-kawasan tersebut mengalami kerusakan akibat ilegallogging dan perladangan liar, maka curah hujan juga mengalami penurunan yang drastis.
"Itu salah satu contoh perbandingan bahwa keberadaan hutan yang lestari memang benar mempengaruhi curah hujan.
Kita bisa membandingkan dulu curah hujan sangat tinggi. Dari tahun ke tahun semakin rendah akibat hilangnya fungsi hutan," tandasnya.
Selain kerusakan hutan, curah hujan juga dipengaruhi oleh iklim global yang diakibatkan oleh El Nino dan La Nina.
"Seharusnya sekarang ini sudah musim hujan tapi masih mengalami kemarau panjang," ujarnya.
Dilanjutkan Adi, dampak lain dari kerusakan hutan adalah kekeringan yang dirasakan langsung saat ini. Sumber mata air mengering karena air yang dipermukaan tidak masuk ke dalam tanah disebabkan tidak adanya akar-akar pohon yang menyerapnya.
Di sisi lain akibat kerusakan hutan berpotensi terjadinya banjir karena tidak ada lagi akar-akar pohon yang berfungsi menyerap air hujan masuk ke dalam tanah.
"Hutan gundul dan terjadi curah hujan tinggi pasti terjadi banjir karena aliran permukaan air yang deras dan tidak ada akar pepohonan yang menyerapnya. Apalagi topografi dengan kemiringan yang sangat curam mempercepat aliran air mengalir ke tempat yang rendah dan tidak ada pohon pasti cuaca juga panas," urainya.
Senada disampaikan PLH. Kasubbag TU TNT, Saiful bahwa banyak aspek yang memengaruhi curah hujan. Salah satunya adalah karena hutan gundul.
"Curah hujan dipengaruhi banyak faktor. Tetapi yang jelas hutan gundul mengakibatkan mengeringnya sumber mata air akibat penguapan yang sangat cepat oleh sinar matahari," tuturnya.
Ia mengatakan keberadaan pepohonan membantu memperlambat proses penguapan air di dalam tanah. Sinar matahari tidak langsung mengenai tanah karena terhalang oleh pepohonan.
Salah satu pemerhati lingkungan menjelaskan penggundulan hutan dapat menyebabkan tingginya emisi karbon di atmosfer. Tingginya emisi karbon lalu berujung pada perubahan iklim dan lahan akan semakin kering karena curah hujan berkurang. (AMIN).