Dr. Ihlas Hasan, S.Pd.I, SH., M. Pd bersama istri Salviati, A. Md. Keb.
Dompu,koranlensapost.com - Suatu prestasi istimewa plus membanggakan berhasil ditorehkan oleh putra Dompu NTB. Ia adalah Ihlas Hasan. Ihlas meraih gelar Doktor PAUD di usia yang masih sangat muda yakni 33 tahun.
Pria ganteng ini meraih gelar akademik S3-nya di Universitas Negeri Jakarta dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,70. Adapun disertasi yang ia angkat untuk meraih gelar akademik tertinggi tersebut adalah "Transformasi Budaya Pacuan Kuda untuk Pembentukan Karakter Anak Usia Dini".
Siapakah Ihlas Hasan ? Ia adalah putra keempat dari 9 (sembilan) bersaudara putra pasangan bapak H. Hasan dan ibu Nurmi, warga Dusun Rangga Mbolo Desa Karamabura Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kedua orang tuanya adalah petani ulet di kampungnya. Kedua suami istri ini dengan penuh kegigihan membesarkan dan menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin. Jerih payah kedua orang tua ini membuahkan hasil yang menakjubkan. Dari 9 (sembilan) putra-putrinya, 6 (orang) di antaranya telah berhasil meraih gelar sarjana. Bahkan Haerul Hasan (putra kedua) telah mendapat gelar Magister Pendidikan (M. Pd) dan Hikmah Hasan (putra keenam) telah meraih gelar Magister Hukum.
Ihlas Hasan menempuh pendidikan dasar di SD Inpres Karamabura dilanjutkan SMP di SLTPN 5 Dompu (sekarang SMPN 2 Dompu). Kemudian pendidikan lanjutan atas di SMAN 1 Dompu. Ia mendapatkan 2 (dua) gelar kesarjanaan jenjang Strata Satu (S1), yakni gelar Sarja Pendidikan Islam (S. Pd.I) diperolehnya di Institut Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) Bima dan gelar Sarjana Hukum (SH) di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Bima. Sedangkan gelar S2 yaitu Magister Pendidikan (M. Pd) diperolehnya di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Surakarta. Adapun gelar S3 (Doktor) didapatnya di Universitas Negeri Jakarta. Karena masih di tengah pandemi Covid -19, maka proses wisuda dilaksanakan secara daring pada Sabtu, 21 November 2020.
Suami dari Salviati, A.Md.Keb (Bidan Desa Rora dan ayah dari Gazila Amalia Ichyati ini bercerita panjang lebar tentang motivasi hidupnya di dalam menempuh studi hingga meraih gelar doktor ini.
Ia mengatakan bahwa menuntut ilmu adalah perintah Allah SWT. Sehingga menempuh studi adalah bagian dari ibadah dan penghambaan kepada-Nya
Semakin banyak ia belajar, justru ia semakin menyadari akan kekurangan ilmu yang dimilikinya. Rasa 'haus' terhadap ilmu memacu dirinya untuk terus menempuh studi. Ia tak memperdulikan seberat apapun tantangan yang dihadapi asalkan berhasil meraih impiannya. Menurutnya kehidupan tanpa ilmu adalah hampa.
"Saya juga ngin mengubah jalan hidup. Awalnya orgtua kami membesarkan anak-anaknya dengan bertani. Kemiskinan bukan takdir, tapi pilihan sehingga harus diubah dengan meningkatkan kualitas ilmu," ujarnya.
Lebih lanjut Ihlas berharap kepada generasi muda untuk terus belajar dan berbuat untuk mengembangkan potensi diri. Jangan patah semangat tapi harus terus maju guna meraih ilmu yang lebih baik dan berkualitas.
"Tak ada yabg tidak bisa di dunia ini. Semua bisa kita raih yang penting adalah libatkan Allah SWT dalam setiap urusan dan jangan pernah mundur menghadapi tantangan," harapnya. (AMIN).