Bima, koranlensapos.com - Keberadaan Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN – KIS) dari pemerintah adalah berkah bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama kalangan menengah ke bawah. Suharti (47) warga Kelurahan Dodu Kota Bima adalah salah satu warga yang merasa telah sangat tertolong dengan adanya program ini.
Suharti adalah peserta program JKN – KIS dari segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI) kelas 3 dan telah menggunakan fasilitas dari pemerintah ini sejak tahun 2016. Ia pun mengaku memiliki riwayat penyakit yang cukup banyak. ”Saya sudah seringkali melakukan pemeriksaan maupun ambil obat di rumah sakit tapi tidak pernah mengeluarkan biaya sedikitpun. Inilah bentuk kepedulian pemerintah terhadap kita,” ungkapnya saat ditemui tim Jamkesnews pada Selasa (14/04).
“Alur pelayananya sudah tepat, pelayanannya juga sangat baik. Ketika saya ke Puskesmas tempat saya terdaftar, saya selalu ditangani dengan baik oleh petugas-petugas yang ada di sana. Saya juga diberikan obat-obatan sesuai dengan keluhan sakit yang saya alami, dan tentunya semua dijamin oleh JKN-KIS tanpa harus mengeluarkan biaya sepeser pun. Semua dijamin asal mengikuti prosedurnya,” ungkapnya.
Meskipun berobat sebagai peserta JKN-KIS dengan bantuan pemerintah, namun Suharti merasa pelayanan terhadap dirinya tidak pernah seperti yang pernah dengarnya. Ia tidak pernah merasa dibedakan dengan pasien yang lain. Bahkan perawat bilang kalau ada yang kurang nyaman terkait pelayanan maupun penanganan ia diminta untuk melapor.
“Kepuasan saat kami berobat selalu ditanyakan, puas dan tidaknya pelayanan yang saya dapatkan. Meskipun saya terdaftar di kelas 3, namun saya merasa sangat diperhatikan oleh dokter. Saya tidak bisa membayangkan kalau semua biaya itu saya yang bayar. Saya rasa saya tidak akan mampu,” tutur Suharti.
“Terakhir, ia menyebut bahwa Program JKN-KIS ini sangat membantu masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu sepertinya. Suharti berharap program yang mengusung prinsip gotong royong ini terus ada. Menurutnya jika program ini ditiadakan, entah tak terbayangkan nasib masyarakat karena sakit itu butuh biaya yang tidak sedikit. (LP-01).