Mendayung Menenangkan Badai
Rabu, 19 September 2018. Hari itulah Dr. H. Zulkieflimansyah, SE., M. Sc bersama Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M. Pd dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur NTB oleh Presiden Ir. H. Joko Widodo di Istana Negara.
Bang Zul mulai menapaki tugas dan tanggung jawab menakhodai bahtera bernama NTB bersama 6 juta penumpang di dalamnya untuk mencapai NTB yang unggul patiwisatanya. Maju pertanian, peternakan dan perkebunannya. Hebat pendidikannya. Maju industrinya. Sejahtera warganya demi menghadirkan NTB GEMILANG.
Hadirnya Bang Zul sebagai nahkoda baru di NTB membuat masyarakat
optimis dan berharap besar terjadinya perubahan untuk masa depan daerah ini. Bang Zul dengan visi besarnya ternyata terus mendayung menenangkan badai. Riak-riak gelombang sesekali menghantam, tapi dengan cepat, tenang, dan terukur, Bang Zul berhasil keluar dari hantamannya.
Sejak Bang Zul pertama menjabat sebagai Gubernur, NTB diterpa musibah berupa gempa bumi berturut-turut, lalu banjir, longsor dan terakhir COVID-19. Di tengah masa sulit semacam itu, Bang Zul tak menyerah. Ia terus bekerja ekstra agar bisa keluar dari situasi bencana.
"Selalu ada cahaya di ujung terowongan," demikian bahasa Bang Zul membangun optimisme. Tak ada musibah tanpa akhir. Tak ada ujian tanpa jalan keluar. Sesukar apapun musykilat dengan kejernihan berpikir dan kepekaan bertindak, serta jaringan yang dimiliki Bang Zul meyakini bahwa badai akan berlalu.
Tak ada waktu untuk diam. Sehari pasca penasbihan sebagai 'pegawainya' rakyat NTB, Bang Zul mengumpulkan seluruh jajarannya untuk memastikan bahwa negara hadir di tengah laranya warga yang terpapar bencana. Tak boleh ada hak-hak masyarakat yang tak bertuan. Semuanya harus bekerja cepat agar suara-suara rendahnya masyarakat korban bencana tak berubah menjadi doa kutukan.
Rinjani yang dulunya pernah bergejolak memuntahkan laharnya menyapu bersih perkampungan-perkampungan sekitarnya. Kisah yang sama pun terulang kembali. Bencana gempa bermula dari kaki Gunung Rinjani. Tapi wajah duka itu mulai tertata kembali. Hidup mulai bergeliat lagi. Tak ubahnya kembang-kembang di sekitar Danau Segara Anak ditimpa hujan. Harapan bahwa NTB akan bangkit di depan mata. Napas panjang dihelat untuk merapikan kembali asa NTB Gemilang.
Belum sempurna kaki sebelah keluar dari guguran bencana gempa bumi, kaki yang nyaris genap sempurna tercerabut, terbenam kembali. COVID-19 meledak menggoyang dunia. NTB kembali terjatuh. Tidak hanya NTB yang nestapa dengan pandemi ini. Seluruh dunia merasakan kegetiran yang senada. Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, namun juga sangat berdampak pada aspek ekonomi. Gelombang PHK terjadi di mana-mana. Perusahaan-perusahan di ambang kehancuran. UMKM roboh seketika. Pengangguran dan kemiskinan depan mata. Resesi ekonomi global tak terhindarkan. Ekonomi betul-betul chaos.
Keadaan ini dikhawatirkan akan menciptakan kepanikan sosial. Langkah cepat diambil oleh Bang Zul sebagai driver agar ekonomi NTB terkendalikan, paling tidak stabil daya beli dan daya jual masyarakat terjaga untuk menghadirkan stabilitas sosial-ekonomi. Paket Jaring Pengaman Sosial (JPS) Gemilang dihadirkan dengan mengakomodasi produk-produk lokal UMKM NTB. Ekonomi kembali bergeliat. Para pelaku UMKM kembali dapat tersenyum lega. Di saat yang sama, para pelaku IKM didorong untuk menciptakan mesin-mesin yang pemasaran dan distribusinya akan dibantu oleh Pemprov. NTB.
Di sinilah terlihat nyata model kepemimpinan Bang Zul selama memimpin NTB. Ia kerap terlihat tenang memgatasi berbagai persoalan yang terjadi di daerah berjuluk Bumi Gora yang dinakhodainya. Bang Zul bahkan turun ke desa-desa terpencil bertemu,
berdiskusi dan memberikan perhatian lebih terhadap masyarakat yang selama ini dipinggirkan. Tak jarang Bang Zul menginap di rumah warga di pelosok desa. Ia berbaur dan merasakan gejolak perasaan dan pikiran masyarakat.
Selama ini, Bang Zul berhasil keluar dari stereotype pemimpin pada umumnya. Meski jadi orang nomor satu di NTB, Bang Zul tetap tampil sederhana. Kesederhanaan tersebut dapat dilihat dari caranya tampil di depan publik secara luwes dan apa adanya.
Di satu sisi, kesederhanaan, kepribadian, dan cara berpikir Bang Zul sesungguhnya dapat ditafsirkan sebagai simbol yang memiliki makna kecepatan dan ketepatan dalam proses eksekusi kebijakan di tingkat terbawah. Bang Zul sangat responsif ketika ia mendapat aduan dari masyarakat. Begitu aduan masuk, salah satunya lewat media sosial, tanpa menunggu waktu lama ia akan menindaklanjuti secara langsung turun ke lokasi maupun dengan menginstruksikan instansi pemerintah lainnya untuk menindaklanjuti.
Tak berhenti di sana, Bang Zul juga merumuskan program berdasarkan apa yang ia peroleh di lapangan. Bang Zul misalnya memiliki visi besar membangun industrialisasi kerakyatan di NTB. Karena hanya lewat industrialisasi berbasis warga, inovasi dan kreativitas masyarakat dapat
tumbuh untuk menjadi daerah yang mandiri secara ekonomi dan terdepan dalam perkembangan zaman.
Program-program dan visi besar Bang Zul seperti industrialisasi, zero waste, 1000 cendekia muda, JPS Gemilang dan berbagai event berkelas internasional memang belum sempurna. Dengan kata lain, realisasi program-program yang dicanangkan Bang Zul dan seluruh jajarannya juga punya keterbatasan tersendiri.
Dipahami Bang Zul, menjalankan seluruhnya memang bukan perkara mudah seperti membalikkan telapak tangan, melainkan mesti berkeringat di lapangan untuk memastikan jalannya seluruh program yang dicanangkan.
Bang Zul sangat sadar bahwa pembangunan daerah tak bisa dilepas dari aspirasi dan kontribusi warga sendiri. Tanpa kontribusi dari semua pihak, program yang dicanangkan akan mendapat tantangan dan rintangan tersendiri. Itu sebabnya, Bang Zul tak betah di ruangan. Ia lebih intens berdialog dengan warga dan menyerap aspirasi secara langsung untuk memastikan jalannya program.
Ritme kepemimpinan Bang Zul semacam itu ternyata terus ditelurkan kepada pemimpin instansi pemerintah lainnya. Jajaran birokrasi dan pemimpin instansi dituntut bekerja cepat, tepat dan akurat. Bahkan Bang Zul kerap menginstruksikan jajaran pemerintahannya ikut turun ke lapangan memastikan kondisi di lapangan. (Bersambung).