Ketua Forum Umat Islam (FUI) Kabupaten Dompu, H. Muhammad Amin dalam tulisannya berjudul "Moment 1 Muharam 1445H : Meneladani Nabi Muhammad Saw Sebagai Tokoh Perubahan" menjelaskan ada 4 bulan haram (suci) yang disebut oleh Allah dalam Al-Qur'an, yaitu Zulhijah, Zulkaida, Muharam dan Rajab (Attaubah: 36).
Allah dan Rasul melarang berbuat dhalim, saling menyakiti, berperang dan membunuh di bulan ini (Albaqarah: 217) Apabila
orang berbuat dosa maka dosanya dilipatgandakan, sedang orang yang berbuat baik maka pahala kebaikannya dilipatgandakan juga.
Dikatakannya tradisi menghormati bulan haram sudah berlangsung sejak jaman jahiliyah, dan dilanjutkan dengan baik oleh Rasulullah dan sahabat sejak hadirnya Islam di atas muka bumi.
Banyak peristiwa sejarah penting yang terjadi pada bulan haram, di antaranya: pada bulan Rajab, merupakan bulan waktu diangkatnya Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul, malam 1 Muharam Nabi Berhijrah dari mekah ke Madina, Dzulqadah merupakan bulan napak tilas Nabi Musa, dan Dzulhijjah merupakan bulan keberhasilan Shalahuddin Al-Ayyubi menembus benteng terkuat yaitu Benteng Azaz yang belum pernah ditaklukan oleh siapapun.
Untuk menghormati tahun baru hijriyah, 1 Muharam 1445 Umat Islam Indonesia termasuk pemerintah dan masyarakat Bumi Nggahi Rawi Pahu melaksanakan Peringatan Hari Besar Islam dengan berbagai aktivitas di antaranya: Pawai Taaruf, Ceramah Keagamaan dan berbagai aktivitas islam lainnya yang bernuansa Islam.
"Kita sebagai umat Islam tidak ingin hanya mengambil aspek ritual perayaan Tahun Baru Hijriah sebagai modal kearifan lokal, tanpa mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara," urainya.
Dijelaskan Amin, Nabi Muhammad SAW memiliki peran sentral sebagai kepala negara dan pemerintahan yang telah berhasil membawa masyarakat Madinah yang majemuk menjadi masyarakat yang memiliki peradaban tinggi. Ilmuwan barat menyebut dengan istilah civil society (negara madani).
Keistimewaan Muhammad adalah juga terletak pada asal-usulnya yang sederhana, tetapi mampu memainkan kepemimpinan politik yang efektif, bahkan hingga berabad-abad setelah kepergiannya, pengaruh itu masih demikian kuat.
Pristiwa Hijrah Rasulullah (1 Muharam) yang selalu diperingati setiap tahun sudah sepantasnya dijadikan sebagai teladan untuk mewujudkan perubahan ke arah yang lebih baik bagi siapapun, baik pemerintah maupun masyarakat.
"Terlebih lagi situasi kondisi bangsa dan negara yang sedang dalam kondisi sulit, karena dihadapkan dengan berbagai permasalahan darurat korupsi, darurat narkoba, darurat pornografi, krisis ekonomi, krisis moral dan krisis etika dalam berpolitik," tandasnya.
Amin menyebut konsep perubahan untuk mewujudkan negara yang berdaulat secara politik, ekonomi, hukum, budaya, pertahanan dan keamanan perlu dilakukan dengan kombinasi antara nilai-nilai konstitusi negara (Pancasila dan UUD 1945) dengan nilai-nilai islam yang bersifat universal dan berkeadilan, yang mengayomi kepentingan seluruh komponen bangsa tanpa memandang ras dan diskriminasi sebagaimana yang dicontohkan oleh nabi Muhammad saat memimpin Madinah 1400 tahun yang silam
Dikatakannya 1 Muharam 1445 H bertepatan dengan tahun politik. Persiapan menunaikan hajat konstitusi negara RI yakni pergantian Pemimpin negara sekali dalam lima tahun di tahun 2024.
"Kita perlu bersungguh sungguh terlibat secara aktif dan berdoa agar Allah memberikan Pemimpin NKRI yang bertaqwa kepada Allah SWT yang dapat mengayomi kepentingan seluruh warga negara dengan konsep keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sehingga dapat terwujud bangsa yang sejahtera lahir batin," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kabupaten Dompu, Ustadz Abdul Munawar menyebut 1 Muharam 1445 H adalah momentum untuk memperbaiki kualitas diri.
"Alhamdulillah, kita kembali mempunyai kesempatan untuk merayakan momentum Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 H," ujarnya.
Menurut Munawar, momentum 1 Muharram sarat dengan kesakralan perjalanan hijrah Rasulullah SAW dari Mekkah ke kota Madinah.
Momentum tahun baru hijriyah mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa dan rasa optimisme yang tinggi, yaitu semangat berhijrah dari hal yang baik ke yang lebih baik lagi. Rasulullah SAW dan para sahabatnya telah melawan rasa sedih dan takut dengan berhijrah.
"Dalam pengertian yang lebih luas, hijrah tidak hanya berkaitan dengan peristiwa historis tertentu, tetapi juga semangat memperbaiki diri," paparnya.
Munawar kemudian mengutip salah satu sabda Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan Bukhari dan Muslim, tidak ada lagi hijrah sesudah pembukaan Kota Mekkah, tetapi yang ada jihad dan niat tulus. Diuraikan Munawar, jihad dalam Islam tidak boleh dipahami secara sempit dalam arti hanya berperang melawan kaum kafir saja. Namun jihad di masa kini hendaknya dipahami secara lebih luas dan kontekstual. Misalnya, jihad bagi para pemimpin adalah dengan keadilan, amanah, tanggung jawab untuk selalu memikirkan kesejahteraan rakyat, Demikian juga jihadnya para birokrat, guru, PNS dan sebagainya.
"Oleh karena itu sudah sepatutnya peringatan 1 Muharram menjadi momentum perubahan diri (hijrah) untuk jadi manusia yang lebih baik," urainya.
Dikemukakannya, hijrah berarti berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Sedangkan secara filosofis, makna ini mengisyaratkan bahwa jika umat Islam menginginkan suatu kebaikan dunia akhirat, maka harus bergerak dinamis dan terorganisir dengan baik.
"Pergantian tahun baru Islam 1445 H menjadi momen penting bagi umat Muslim. Ini menjadi kesempatan bagi umat Muslim untuk memulai lembaran baru dengan berbagai amalan ibadah," ulasnya.
Lebih lanjut diterangkan Munawar, perayaan tahun baru Islam 1445 H bukanlah hanya sekadar pergantian waktu tanpa ada makna atau hikmah yang bisa diambil. Dari satu tahun yang sudah dilalui, tentunya umat Muslim melewati berbagai peristiwa dalam kehidupan.
"Mari para pemuda Islam Dompu di Bumi Nggahi Rawi Pahu pada Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 H ini kita manfaatkan dengan baik momentum ini untuk memberbaiki kualitas diri, baik dari ibadah hingga hubungan dengan sesama makhluk di bumi. Dalam perkara ibadah, umat Muslim dapat memperbaiki diri. Jika salat lima waktu sebelumnya masih lalai, maka di tahun baru ini harus diperbaiki," ajaknya.
Ketua PD NWDI Kabupaten Dompu, Ustadz Juswadi Iskandar mengajak di momen tahun baru hijriyah ini agar meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
"Kita juga supaya menjaga kondusivitas dana Bumi Nggahi Rawi Pahu tercinta ini dengan iman dan taqwa," pintanya.
Terlabih lagi menjelang tahun politik ini, Juswadi mengajak untuk selalu menjaga kerukunan dan persaudaraan. Perbedaan pilihan politik bukan alasan untuk salimg membenci. Namun sebaliknya harus tetap saling menjaga hubungan silaturahmi.
"Jangan sampai kita terpecah belah oleh warna yang ada dan jangan menggunakan politik pecah bambu," ujarnya mengutip pesan tokoh ulama kharismatik sekaligus Pahlawan Nasional putra NTB Maulana Syaikh TGKH. Zainnudin Abdul Majid.
Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidz Qur'an Al-Mubarok Pajo, Ustadz Abdul Muiz menyampaikan di momen 1 Muharram 1445 H ini ada 3 hal yang tidak boleh dilupakan.
Pertama, terus bersyukur kepada Allah dalam stuasi dan kondisi apapun.
"Karena tak semua orang berkesempatan bisa ketemuan lagi dengan tahun Islam ini," tuturnya.
Kedua, perbanyak istigfar (mohon ampun). Karena sebagai manusia, sudah pasti selama 1 tahun (12 bulan) kemarin banyak salah, khilaf, dosa, maksiat bahkan mungkin kejahatan.
"Ketidaksempurnaan itu kodrat (fitrah) dasar manusia tempat salah dan lupa," imbuhnys.
Ketiga, memperbanyak bermuhasabah (introspeksi diri).
Merenungi kembali sudahkah hari-hari yang telah lewat bisa dipergunakan secara optimal dalam kebaikan dan kemanfaatan atau sebaliknya?
"Maka Tahun Baru Islam ini kita kembali lagi kepada ajaran-ajaran Islam yang telah susah payah diperjuangkan oleh para nabi-nabi kita," pungkasnya. (emo/habis).