SMK Kreatif We Save Dompu. Tampak di gambar bawah Direktur We Save Dompu, Agus Setiawan sedang memperlihatkan tambak ikan nila dan pembuatan media tanam dengan memanfaatkan sampah organik
Koranlensapos.com - Sampah kerap menjadi masalah. Tetapi di tangan-tangan terampil pengelola dan para murid SMK Kreatif We Save Dompu, sampah justru membawa berkah. Tidak heran sejak awal berdiri hingga kini, lembaga yang bergelut di bidang sosial dan pendidikan itu tetap memanfaatkan sampah untuk membiayai kegiatan mereka.
"Sampah adalah fu'u mori (modal utama) bagi kami. Sekolah dan kursus dibayar dengan sampah," ungkap Direktur We Save Dompu, Agus Setiawan saat dikunjungi koranlensapos.com di SMK Kreatif We Save yang berlokasi di Kelurahan Kandai Satu, kemarin.
Dikatakannya saat ini siswa SMK Kreatif We Save berjumlah 96 orang. Para siswa membayar biaya sekolah dengan menyetorkan sampah plastik (gelas dan botol bekas). Demikian pula kursus Bahasa Inggris dibayar dengan sampah.
"Setiap sore anak-anak dari luar (bukan siswa SMK Kreatif We Save) datang ke sini untuk kursus Bahasa Inggris dan dibayar dengan sampah," kata tokoh muda yang biasa dipanggil Abi Dzar itu.
Disebutnya meski ada pendapatan lain seperti katering dan peternakan (ayam, bebek, dan kambing) dan perikanan (lele dan nila), tetapi pembiayaan dari hasil sampah tetap berlangsung hingga kini.
"Alhamdulillah dari hasil sampah juga kami bisa membayar tanah ini. Waktu itu kami kirim 9 ton sampah," sebutnya sembari menunjuk tanah di lokasi pembangunan SMK Kreatif We Save.
Disebutnya lagi tidak ada sampah yang terbuang percuma. Sisa-sisa makanan dari dapur dapat dijadikan pakan lele dan unggas yang dibudidayakan di salah satu sudut lokasi tanah itu. Demikian pula potongan-potongan sayur mayur dapat dijadikan pakan unggas maupun kambing.
Demikian pula kotoran ternak yang dialasi sekam padi diolah menjadi media tanam yang sangat baik untuk pupuk organim bagi tanaman. Sedangkan limbah anorganik didaur ulang dengan kreatif untuk pembuatan ecobrick.
Ban-ban bekas pun tidak ada yang dicampakkan begitu saja. Dengan kreatif ban-ban bekas dijadikan tempat pijakan di lokasi sekolah yang berada di tengah persawahan ini.
"Karena di sini becek sehingga kami manfaatkan ban bekas untuk injakan agar tidak terkena lumpur," tuturnya. (emo).