Landmark "Nggusu Waru" di RTH Karijawa, Ini Makna Filosofinya

Kategori Berita

.

Landmark "Nggusu Waru" di RTH Karijawa, Ini Makna Filosofinya

Koran lensa pos
Minggu, 09 Februari 2025
Gb 1: Landmark "Nggusu Waru" di RTH Karijawa, Gb 2: Analis Kebijakan di DLH Dompu, Rukyatil Hilaliyah

Koranlensapos.com - Progres pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di eks lokasi SDN 02 Dompu telah dimulai tahun 2024 lalu.

Pejabat Fungsional Analis Kebijakan di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Dompu, Rukyatil Hilaliyah yang ditemui koranlensapos.com di ruang kerjanya beberapa hari lalu mengungkapkan RTH Karijawa diawali dengan pembangunan landmark "Nggusu Waru". Sesuai dengan namanya, landmark tersebut berbentuk segi delapan. 

Apakah "Nggusu Waru" itu?
"Nggusu Waru" melambangkan 8 Karakter Kepemimpinan Dana (di tanah) Dompu," jelas wanita yang juga getol memperjuangkan budaya Dompu ini.

Mengapa menggunakan landmark "Nggusu Waru" dan apa makna filosofinya?

Srikandi yang biasa disapa Dae Yati ini menjelaskan landmark tersebut untuk mengingatkan masyarakat di Bumi Nggahi Rawi Pahu bahwa Dompu memiliki standar nilai dalam memilih seorang pemimpin seperti yang tertuang dalam "Nggusu Waru". Demikian juga bagi setiap pemimpin dalam skala mana pun juga hendaknya dapat bercermin dan memedomani standar nilai tersebut.

"Landmark "Nggusu Waru" ini juga mengingatkan kepada masyarakat bahwa pemimpin adalah tauladan yang harus dijaga kehormatan dan kewibawaannya, sebagai gambaran masyarakat Dompu yang beradab dan beradat," bebernya.

Almarhum Drs. H. Abdul Malik H. Mahmud Hasan, mantan Staf Pengajar di Fakultas Ushuluddin IAIN (kini UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam bukunya "Nggusu Waru" mengungkapkan ada 8 (delapan) kriteria pemimpin yang menjadi dambaan masyarakat banyak. 

Konsep "Nggusu Waru" ini diperoleh Aba Melo dari catatan H. Muhammad Ali Kamaluddin (Uma Elo), tokoh kharismatik Kandai Dua melalui keluarga/muridnya, H. Yakub Muhammad (Kandai Dua) ketika melakukan penelitian untuk suatu tugas akademik.

"Nggusu Waru" atau juga dikenal dengan "Pote Waru" adalah delapan sifat/karakteristik yang menyatu sedemikian kuatnya dalam diri seseorang yang menjadi pemimpin (dumudou, amadou, amarasa). "Kedelapan sifat/karakteristik itu sekaligus dapat dijadikan kriteria alternatif bagi seorang yang akan dipilih/diangkat menjadi pemimpin," papar Aba Melo dalam buku tersebut.

Kedelapan sifat dalam "Nggusu Waru" tersebut ialah : 
Sa'ori kaina (yang pertama) "dou ma maja labo dahu di ndai Ruma Allahu Ta'ala". Artinya orang yang merasa malu dan takut kepada Allah SWT. Kata lainnya, orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Dalam kesehariannya ia sangat berhati-hati dalam berucap dan berbuat. Ia tidak mau bersikap sembarangan, karena ia yakin bahwa Allah SWT pasti memperhatikan dirinya, meskipun mata kepalanya tidak dapat melihat Allah. "Sifat ma sabua ake nakapisiku sifat ma pidumbua ma kalai ede (sifat yang satu ini akan meliputi 7 sifat lainnya," jelas Aba Melo.

Ďua orikaina (yang kedua) "dou ma bae ade" artinya orang yang memiliki kapasitas intelektual serta kepekaan jiwa (spiritual) yang mendalam sehingga dengan mudah merespons berbagai masalah yang terjadi secara rasional dan intuitif serta tidak mudah bersikap emosional dalam arti negatif. Karena itu, ia selalu mengontrol dirinya sehingga tidak mudah terbawa oleh pemikiran yang bersifat polaritas: pro-kontra, hitam-putih dan sejenisnya. Tetapi ia mampu berpikiran positif, partisipatif, akomodatif dan adaptatif. Ia mampu memoderasi, menjembatani, mencari titik temu dari dua/beberapa hal yang ekstrem. Ia mampu berada "di tengah-tengah" menjadi wasit yang adil dan santun. Ia tidak mudah terpancing melakukan kekerasan. Bisa menempatkan dirinya secara proporsional, tidak berat sebelah yang dapat mengakibatkan disharmoni (kepincangan, unca-anca, ngu'e-nga'e).

Tolu orikaina (yang ketiga) "dou ma mbani labo disa". Artinya orang yang memiliki sifat berani melakukan perubahan (reformasi) ke arah yang lebih positif-konstruktif karena diyakini kebenarannya betapapun besar resikonya. Karena itu, ia berani mengambil keputusan yang cepat dan dalam waktu dan keadaan yang tepat serta berani mempertanggungjawabkannya di dunia sampai di yaumilhisab.

Upa orikaina "dou ma lembo ade ro ma na'e sabar. Artinya orang yang lapang dada (berjiwa demokratis dan akomodatif) yang mampu menjembatani hal-hal yang dapat menimbulkan polaritas (pro-kontra). Berkat kesabarannya, ia tidak mudah memihak kepada hal-hal yang nampak secara lahiriah menguntungkan padahal justru membahayakan. Dengan demikian, ia mampu mengatasi berbagai krisis yang terjadi, karena ia memiliki tekad/semangat yang membaja dalam meraih tujuan yang lebih luhur, lebih membahagiakan. Ia mantapkan tekad/semangat itu dengan mengatakan "kalembo ade, kana'e sabar, kapaja syara', sia sawa'u su'u sawale". Ia meyakini sepenuhnya bahwa sabar itu memang pahit pada awalnya, tetapi manis pada akhirnya.

Lima orikaina (yang kelima) "dou ma ndinga nggahi rawi pahu". Artinya orang yang jujur. Orang yang dalam jiwanya tertanam keyakinan satunya kata dengan perbuatan (tidak hipokrit). Apa yang telah dikatakan atau yang telah disepakati bersama, itu pulalah yang akan dilaksanakan  bersama secara arif, sehingga menghasilkan sesuatu yang sangat positif dan konstruktif, nantau pahu.

Ini orikaina (yang keenam) "dou ma taho hidi" atau "londo dou ma taho". Artinya orang yang memiliki integritas kepribadian yang kokoh, kuat dan berwibawa. Dedikasinya tinggi serta loyal akan perjuangan menegakkan keadilan dan kebenaran. Jadi, "taho hidi" di sini bukan pada penampakan fisik kejasmaniannya yangntampan dan gagah saja, tetapi yang sangat penting pada aspek integritas kepribadian yang sidik (jujur, tidak bohong), amanah (dapat dipercaya, tidak khianat), tabalig (transparan dan komunikatif) serta fatonah (cerdas, kreatif, tidak bodoh/dungu).

Pidu orikaina (yang ketujuh) "dou ma ďou ma ďi woha dou". Artinya orang yang selalu merasa terpanggil untuk mengambil tanggung jawab di tengah-tengah komunitasnya. Ia selalu hadir di tengah-tengah masyarakat, baik di kala suka maupun duka  dengan tidak membeda-bedakan status sosial kaya-miskin, orang kota-orang gunung, bangsawan-budak (adadou). Ia selalu ringan mengulurkan bantuannya tanpa tendensi apapun. Ia merasa sangat senang bila melihat rakyatnya senang. Sebaliknya ia merasa sangat susah bila rakyatnya berada dalam kesusahan. Karena itu, ia selalu mencari cara untuk bisa membantu. Karenanya, ia selalu dekat di hati rakyat dan selalu dicintai rakyatnya.

Waru orikaina (yang kedelapan) "dou ma ntau ro wara". Artinya orang yang memiliki kekayaan. Bukan hanya kekayaan yang bersifat materi kebendaan saja, tetapi yang penting kekayaan rohani, sehingga tidak mudah tergoda oleh hal-hal yang bersifat materi betapapun ia menghajatkannya. Atau menurut ungkapan yang populer di era reformasi dewasa ini, ia tidak mau melakukan KKN alias Kuku Keko Ndimba betapapun ia menghajatkan materi/uang karena sangat bertentangan dengan hati nuraninya. Bertentangan dengan sifat-sifat terpuji yang antara lain telah disebutkan di atas. Ia sudah merasa kaya secara rohaniah. Dengan demikian, ia mampu menilai bahwa sebuah benda yang berharga itu, tidak ubahnya ibarat batu/kerikil yang berserakan di sepanjang jalan. Ia sama sekali tidak tergiur atau tidak terusik untuk memiliki sesuatu yang bukan miliknya.

Lebih lanjut Rukyatil Hilaliyah menerangkan di sekeliling landmark akan ditanam pepohonan keras. Keberadaan vegetasi ini menjadi rimba mini  yang berfungsi sebagai oksidasi untuk penyiapan oksigen sekaligus sebagai lahan serapan air hujan. 

"Vegetasi yang ada ini sebisa mungkin dipertahankan. Kalau tidak mengganggu keindahan tidak akan dipotong. Akan ditambahkan dengan bunga-bunga seperti tabebuya dan tanaman keras serta akan dilakukan penataan," jelas Yati.

Dikemukakan pula bahwa area lapangan Karijawa dan sekitarnya akan dijadikan sebagai Ruang Terbuka Publik (RTP) yang ramah anak. Para siswa SD 02 Dompu yang telah direlokasi di tempat yang baru akan bisa bermain dan berolahraga dengan nyaman dan aman di RTP tersebut.

Yati berharap semoga pembangunan RTH Karijawa berjalan dengan sukses dan lancar sesuai dengan desain yang telah direncanakan jauh-jauh sebelumnya. 

"Insyaallah bapak Bupati kita yang baru ini sangat komit dengan lingkungan dan kebersihan. Saya yakin beliau akan sangat mendukung keberlanjutan pembangunan RTH Karijawa ini," ucapnya. (emo).