Oleh: Rukyatil Rasyad
Sebenarnya dari kemarin ingin menulis, namun ada-ada saja yang membuatnya tertunda. Namun naluri untuk mencermati dan berkomentar tentang pertandingan kemarin. Meski lewat live karena hujan yang lebat membuat saya tidak dapat menikmati menonton Liga IV dari pinggir lapangan GOR Manuru Kupa, padahal saya sudah bersiap sejak siang. Jadilah malam ini saya menyisihkan waktu untuk membahas masalah pertandingan liga IV secara khusus.
Dimana-mana, baik pada level negara, provinsi, maupun kabupaten kota. Ketika ada even olah raga maka mereka akan berebut untuk menjadi tuan rumah!
Selain akan mendapatkan dana penyelenggaraan dan persiapan venue, tuan rumah akan “memetik semangat” dari geliat proses kegiatan yang akan berlangsung! Lebih-lebih bagi atlet!
Ketika Dompu ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggara Liga IV regional Pulau Sumbawa sekaligus sebagai penyelengara babak final Liga IV haruslah dibaca sebagai sebuah peluang untuk menang. Energi besar bagi Persidom!
Hal ini juga yang menjadikan Qatar, misalnya. Setelah sukses menjadi tuan rumah piala dunia. Mereka kemudian melobby FIFA untuk kembali melaksanakan even penyisihan piala dunia wilayah ASIA. meski untuk itu, Qatar harus merogoh kantong lebih dalam. Hal, sama dilakukan oleh Perancis ketika ingin menjadi tuan rumah olimpiade.
Mengapa hal itu dilakukan?
Sebagai tuan rumah. Sering diberi preferensi. Misalnya mendapatkan keutungan ketika drawing chart dilakukan, Tuan rumah cenderung masuk pada kotak yang relatif aman. Bukan kotak neraka! Selain membuka peluang lebih lebar untuk menang juga untuk menarik penonton lokal untuk hadir terus menerus di arena olah raga agar pertandingan lebih semarak dan berjiwa.
Hal lain adalah; bagi tuan rumah, energi penonton dari pinggir lapangan akan menular dan menjadikan semangat pemain untuk menang berkali-kali lipat. Hal ini sering di ejawantahkan dalam permainan yang ngotot serta offensive!
Hal selanjutnya adalah; tuan rumah sangat akrab dengan venue tempat mereka bermain. Bau rumput, hembusan angin, bahkan panas dan hujan telah menyatu dengan jiwa Mereka.
Maka ketika PERSIDOM memilki semua itu, wajarlah mereka menang! Mereka berada di KANDANG- nya. Semangat merobek dan memporak-porandakan Tim lawan berada pada puncaknya. Bagi mereka, mereka bukan hanya bermain atas nama pribadi tetapi bermain mewakili ribuan penonton di pinggir lapangan.
Itulah mengapa partai kandang selalu menjadi tempat untuk memetik score tinggi!
Hal yang sulit didapatkan Tim dari Pulau Sumbawa ketika bertanding di GOR TURIDE misalnya!
Ayolah!
Terlepas dari polemik hukuman pinalti dari wasit kepada PS MATARAM karena ada handball yang dilakukan oleh salah seorang pemain PS Mataram yang menimbulkan protes kepada wasit dan berakhir dengan keengganan dari PS Mataram untuk melanjutkan permainan. Yang di tutup dengan drama aksi walk out dari PS Mataram sehingga berakibat kepada kemenangan WO (walkover) bagi PERSIDOM, mari berpikir positif.
Karena kalaupun pertandingan tetap diteruskan saya yakin PERSIDOM akan mampu membalikkan keadaan dan keluar sebagai pemenang. Karena dari skill pun, Persidom tidaklah buruk-buruk amat. Rizki, Azam, dan kawan-kawan kerap dicatat sebagai pemain-pemain yang cukup ditakuti lawan.
Sepak bola tidak selalu bicara skill. Oke, PS Mataram dengan segala fasilitas dan aksesibilitasnya di ibu kota provinsi memiliki peluang lebih untuk mendapatkan pembinaan yang lebih baik sehingga memilki skill di atas rata-rata. Namun sekali lagi sepak bola bukan hanya bicara tentang skill. Bola itu bundar, kawan. Faktor-faktor yang telah diuraikan di atas dapat menjadi pemicu sebuah Tim untuk menjadi pemenang sekalipun dia dianggap underdog!
PERSIDOM punya modal. Kandang, suporter, venue, mungkin juga hujan adalah milik mereka! Sehingga mereka layak menjadi jawara sepakbola NTB kali ini!
Selain itu, risiko pertandingan tanpa VAR adalah memercayai wasit secara penuh! Karena satu-satunya orang yang dapat menyaksikan pertandingan dari jarak yang paling dekat hanyalah wasit. Bukan pengamat atau penonton yang berada di luar lapangan. Sehingga ketika dia mengeluarkan kebijakan semua tim harus tunduk ! No,debat!
Ayolah, sebagai saudara ‘sulung’ sebaiknya memangkas ego-nya untuk menjadikan NTB mendunia.
Mari mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Dompu khususnya PSSI Kab. Dompu yang telah berhasil melaksanakan even ini dengan baik.
Lebih jauh dari itu, kemenangan sejati adalah kemenangan dalam menundukkan rasa ego, mau menang sendiri, dan merasa paling baik.
Maka sudahi polemik ini dengan jiwa yang beradab!!