Koranlensapos.com - Tenunan Muna Pa'a telah mendapatkan legitimasi dari pemerintah pusat melalui Kemendikbud Ristek sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) milik Kabupaten Dompu, selain kuliner khas lokal Timbu. Legitimasi itu diperoleh pada masa Pemerintahan H. Kader Jaelani dan H. Syahrul Parsan (Bupati dan Wakil Bupati Dompu) tahun 2023 lalu setelah melewati serangkaian perjuangan dan proses panjang hingga bertahun-tahun lamanya.
Karnaval Muna Pa'a sebagai rangkaian pagelaran "Dompu Expo" yang dihelat pada Juni 2024 lalu menunjukkan perhatian besar Pemerintah AKJ-SYAH terhadap pelestarian budaya daerah bermoto Nggahi Rawi itu. Bukan hanya itu, eksistensi wastra Muna Pa'a sebagai kain tenun elegan dan berkualitas terus digaungkan hingga ke tingkat nasional bahkan ke mancanegara. Bupati dan Wakil Bupati Dompu maupun Sekda dan Pimpinan OPD dalam berbagai acara resmi di ibukota provinsi maupun ibukota negara selalu mengenakan busana berbalutkan Muna Pa'a. Tidak ketinggalan Ketua dan Pengurus PKK hingga ke tingkat desa/kelurahan semua diwajibkan mengenakan pakaian adat Muna Pa'a. Demikian pula GOW, Dharma Wanita dan organisasi wanita lainnya. Begitu pula Pemerintah Provinsi bahkan Anggota DPR RI Dapil NTB 1 juga turut mengambil peran menggaungkan Muna Pa'a hingga go-internasional.
Kepemimpinan Dana Dompu kini berganti. Bambang Firdaus - Syirajuddin kini menjadi Bupati dan Wakil Bupati Dompu untuk periode 2025 - 2030.
Akankah Muna Pa'a dilanjutkan?
Hal demikian menjadi pertanyaan para pemerhati budaya Dompu.
"Sebab, kalau kita cermati di awal-awal kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati yang baru ini, saya belum pernah melihat Bupati atau Wabup memakai Muna Pa'a. Demikian juga para istrinya," tulis salah satu pemerhati budaya Dompu di sebuah Grup WhatsApp.
Menurutnya khusus untuk istri Bupati dan Wakil Bupati Dompu pada momen pelantikan di Istana Presiden beberapa waktu lalu sungguh indah dan menawan jika memadukan kebaya nasional dengan produk Muna Pa'a.
"Demikian pula pada momentum penyambutan dan serah terima jabatan Bupati dan Wakil Bupati kemarin, para istri sama sekali tidak memakai produk Muna Pa'a. Terakhir saya berharap, pada momen pelantikan pengurus PKK, seluruh pengurus diwajibkan memakai seragam tenunan muna pa'a. Ternyata tidak sama sekali," ungkapnya.
Ia berharap ke depannya, Pemda menunjukan keberpihakannya pada pelestarian produk budaya yang sungguh membanggakan ini.
"Salah satu cara melestarikan budaya Dompu adalah dengan membumikan Muna Pa'a," sarannya seraya berharap moga pemerintahan yang baru memiliki semangat yang sama seperti pemerintahan sebelumnya yang sudah berihtiar membumikan Muna Pa'a.
"Apapun kebijakan pemerintah sebelumnya yang dianggap baik, hendaknya diteruskan dan disempurnakan adanya," harapnya.
Optimisme datang dari Faisal Mawa'ataho. Pria yang lahir dan dibesarkan di sekitar lokasi pemandian Persinggahan Desa Matua dan kini berdomisili di Sila Bima ini sangat optimis bahwa Muna Pa'a akan terus digaungkan oleh BBF-DJ di masa pemerintahannya.
Optimisme Faisal bukan tanpa alasan. Secercah harapan akan pelestarian dan pengembangan budaya dapat dirasakannya dari semangat perubahan menuju Dompu Maju yang menjadi visi pasangan BBF-DJ.
"Pergantian kepemimpinan di Kabupaten Dompu membawa harapan baru bagi seluruh kalangan masyarakat, termasuk di kalangan pemerhati budaya. Banyak pemerhati budaya tetap optimis bahwa pemerintahan baru akan tetap berkomitmen dalam pemajuan kebudayaan Dompu, khususnya kain tenun Muna Pa’a," ujarnya.
Alasan lain, Faisal pernah melihat Bupati BBF tampil elegan dengan produk Muna Pa'a yang dikenakan.
“Saya melihat foto Pak Bupati yang mengenakan jas berbahan dasar Muna Pa’a di media sosial, tampak gagah dan elegan. Saya yakin bapak Bupati akan melanjutkan pengembangan Muna Pa’a ini sebagai bagian dari identitas daerah,” kata Faisal.
Faisal melihat Muna Pa’a memiliki kualitas untuk bersaing sebagai produk wastra unggulan Dompu. Ia berharap agar tenun Muna Pa’a tetap dikembangkan sebagai simbol identitas daerah.
Menurut Faisal, masyarakat Dompu harus bangga terhadap Muna Pa’a. Karena produk wastra ini hanya milik Dompu dan tidak dimiliki daerah lain. Muna Pa’a menjadi ikon, simbol dan identitas daerah termasuk bagian dari perjalanan sejarah serta budaya orang Dompu.
Ia juga menjelaskan banyak tokoh yang telah memuji kualitas tenun Muna Pa’a. Sebut saja mantan Gubernur NTB Zulkifliemansyah dan mantan Ibu Negara Iriana Jokowi serta anggota DPR RI Johan Rosihan. Menurutnya sangat aneh apabila produk yang diakui secara nasional ini malah diabaikan di daerahnya sendiri.
“Banyak pihak dari luar daerah yang memuji kualitas tenunan Muna Pa’a dari Dompu. Sudah tak terhitung pejabat luar daerah yang mengenakannya. Bahkan saya lihat di Kota Bima ada instansi pemerintah yang menjadikan Muna Pa’a sebagai seragamnya,” ujar Faisal.
Faisal optimis tenun Muna Pa’a ini akan terus dikembangkan di masa pemerintahan BBF-DJ ini..
"Orang luar saja mengapresiasi hasil budaya daerah Dompu, masa pemerintah dan rakyat Dompu sendiri tidak bisa?,” ucapnya
Lebih lanjut Faisal mengatakan bahwa kepala daerah adalah tokoh penting yang menjadi inspirasi semangat pengembangan tenun Muna Pa’a. Oleh sebab itu kepala daerah harus menjadi orang pertama yang memberikan contoh kepada masyarakat bagaimana menghargai nilai-nilai budaya daerah.
Menurutnya banyak hal yang bisa dilakukan oleh kepala daerah untuk memajukan wastra daerah, khususnya Muna Pa’a.
"Misalnya bapak Bupati bisa menjadikan Muna Pa’a sebagai simbolis dalam acara-acara seremonial daerah atau dengan memberdayakan Dekranasda untuk mengembangkan tenun tersebut. Penenun juga harus diperhatikan," kata Faisal.
Terakhir Faisal menegaskan Muna Pa’a adalah produk budaya. Oleh karena itu harus tetap dilihat dalam dimensi budaya. Sehingga ia mengimbau semua pihak di Dompu agar tidak mengaitkan Muna Pa’a sebagai produk politik yang identik dengan bupati atau rezim tertentu.
“Muna Pa’a adalah milik kita bersama sebagai masyarakat Dompu, bukan milik person tokoh tertentu, pengembangan Muna Pa’a harus tetap dilanjutkan siapapun bupatinya. Kita harus terus mengawal hal ini, kalau bukan kita siapa lagi?,” tegas Faisal.
Sikap optimisme juga datang dari Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Dompu, Ida Faridah saat melihat foto Bupati BBF dengan gagah mengenakan tenunan Muna Pa’a produk desainer NTB, Erina Erma (mantan Ketua IGI Wilayah NTB. Menurutnya hal itu membuktikan kebanggaan Bupati BBF terhadap kain tenun daerah Muna Pa'a.
Dikatakannya tenunan Muna Pa’a adalah kain tradisional kebanggaan Dompu yang sarat akan makna budaya dan kearifan lokal. Tenun ini bukan sekadar kain, tetapi simbol identitas yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, mencerminkan keindahan, ketangguhan, dan kejayaan masyarakat Dompu. Setiap helai tenun yang dihasilkan memiliki cerita dan makna mendalam.
"Dengan mengenakan Muna Pa’a, Bupati tidak hanya menunjukkan kebanggaan terhadap warisan budaya, tetapi juga memberikan dukungan nyata bagi para pengrajin lokal yang terus melestarikan keahlian menenun. Dukungan ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif dan memperkuat sektor UMKM, yang menjadi salah satu pilar penting dalam peningkatan taraf hidup masyarakat Dompu," jelas Ida.
Menurutnya langkah Bupati BBF ini menjadi inspirasi bagi masyarakat Dompu untuk mencintai dan menggunakan produk lokal.
Sekda Dompu, Gatot Gunawan PP dalam suatu kesempatan menyampaikan Muna Pa'a akan terus dikembangkan dalam masa Pemerintahan BBF-DJ ini sebagai warisan budaya tak benda kebanggaan masyarakat Bumi Nggahi Rawi Pahu.
"Apalagi visinya pak Bupati kita ini "Dompu Maju, Sejahtera, Religius dan Berbudaya. Insyaallah dari sisi budayanya, Muna Pa'a salah satunya akan tetap dilestarikan," kata Sekda. (emo).