Oleh: Attar Aulia Alfawwaz*
Pancasila, sebagai dasar negara yang disusun oleh para pendiri bangsa, merupakan fondasi utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Lima sila yang terkandung di dalamnya tidak hanya menjadi pedoman dalam berpolitik, tetapi juga menjadi landasan dalam membangun masyarakat yang adil, damai, dan sejahtera. Namun, di era modern yang penuh dengan dinamika globalisasi dan perubahan sosial yang cepat, nilai-nilai Pancasila sering kali dihadapkan pada tantangan besar.
Berbagai masalah sosial yang muncul tidak hanya menguji relevansi Pancasila, tetapi juga menunjukkan bahwa nilai-nilai dasar ini masih sangat dibutuhkan untuk menjaga harmoni dan keutuhan bangsa.
Di tengah arus perubahan global, Indonesia tidak terlepas dari beragam masalah sosial, mulai dari intoleransi agama, ketimpangan ekonomi, hingga maraknya penyebaran hoaks dan ujaran kebencian. Masalah-masalah ini sering kali bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, yang menekankan pentingnya toleransi, persatuan, dan keadilan sosial.
Saya melihat bahwa persoalan-persoalan tersebut bukan sekadar tantangan bagi pemerintah, tetapi juga bagi setiap warga negara untuk tetap memegang teguh Pancasila sebagai panduan dalam bertindak dan berpikir. Pancasila, sebagai ideologi terbuka, memberikan kita landasan untuk mengatasi berbagai permasalahan dengan semangat gotong royong dan kebersamaan.
Lebih dari sekadar dokumen sejarah, Pancasila adalah visi masa depan bagi Indonesia yang majemuk dan beragam. Di tengah kemajuan teknologi dan perkembangan sosial yang pesat, penting bagi generasi muda seperti saya untuk memahami bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, kita dapat berperan aktif dalam menjaga integritas bangsa dan menghadapi tantangan zaman yang kerap kali menggoyahkan fondasi nilai-nilai kebangsaan.
Namun, meskipun Pancasila telah menjadi fondasi kuat dalam kehidupan berbangsa, kita melihat berbagai tantangan yang merongrong penerapan nilai-nilainya di masyarakat. Nilai-nilai Pancasila, seperti toleransi, persatuan, dan keadilan, semakin sering dipertanyakan saat kita menyaksikan fenomena-fenomena sosial yang justru bertolak belakang dengan semangat kebangsaan. Salah satu contoh nyata adalah meningkatnya intoleransi yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Intoleransi ini tidak hanya melanggar nilai-nilai dasar Pancasila, tetapi juga mengancam kerukunan dan kebinekaan yang menjadi kekuatan bangsa kita.
Di tengah ancaman ini, peran kita sebagai generasi muda menjadi penting untuk memastikan bahwa Pancasila tetap relevan dan ditegakkan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu permasalahan yang sangat kontras dengan sila pertama, "Ketuhanan Yang Maha Esa," adalah meningkatnya kasus intoleransi agama di berbagai wilayah. Sikap diskriminasi terhadap kelompok agama minoritas, pelarangan ibadah, dan konflik antarumat beragama mencerminkan semakin jauhnya kita dari nilai-nilai Pancasila. Padahal, Pancasila mengajarkan kita untuk hidup berdampingan dan saling menghormati keyakinan masing-masing. Keharmonisan dalam keragaman seharusnya menjadi identitas bangsa Indonesia. Namun, kenyataannya, kita masih sering mendengar kabar tentang tindakan intoleransi yang merusak persatuan, sebuah ironi yang menyedihkan mengingat Pancasila sendiri menekankan pentingnya persatuan dalam keberagaman.
Selain intoleransi, ketimpangan ekonomi dan korupsi juga menjadi ancaman besar terhadap keadilan sosial yang dicita-citakan oleh Pancasila. Sila kelima, "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," seharusnya menjadi pedoman untuk memastikan kesejahteraan yang merata. Namun, kenyataannya, masih banyak masyarakat yang terjebak dalam kemiskinan, sementara segelintir elit menikmati kekayaan yang berlebihan. Korupsi yang merajalela memperburuk situasi ini, memperdalam kesenjangan sosial dan menghancurkan kepercayaan publik terhadap pemerintah. Pancasila menuntut keadilan dan pemerintahan yang bersih, namun pelanggaran ini menunjukkan bahwa nilai-nilai tersebut belum sepenuhnya diimplementasikan. Tantangan ini menuntut kita untuk bangkit dan memperjuangkan kembali semangat Pancasila dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sementara itu, penyebaran hoaks dan ujaran kebencian melalui media sosial juga menjadi ancaman serius bagi persatuan bangsa. Sila ketiga, "Persatuan Indonesia," menekankan pentingnya menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa. Namun, hoaks dan ujaran kebencian sering kali digunakan untuk memecah belah masyarakat, menciptakan ketegangan, dan menyulut konflik. Jika tidak segera ditangani, fenomena ini dapat melemahkan persatuan yang telah diperjuangkan oleh para pendiri bangsa.
Oleh karena itu, penting bagi kita semua, terutama generasi muda, untuk berperan aktif dalam melawan penyebaran informasi palsu dan menjaga persatuan di tengah perbedaan. Hanya dengan memahami dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menghadapi tantangan-tantangan ini dan membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.
Dari uraian di atas, jelas bahwa urgensi Pancasila sebagai dasar negara dan pedoman hidup berbangsa tidak dapat disangkal. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap silanya masih sangat relevan dalam menghadapi berbagai masalah sosial di Indonesia, seperti intoleransi, ketimpangan ekonomi, korupsi, dan penyebaran hoaks. Namun, tantangan terbesar yang kita hadapi saat ini adalah bagaimana menghidupkan kembali semangat Pancasila di tengah masyarakat yang semakin kompleks dan terpolarisasi. Pancasila harus menjadi panduan dalam segala tindakan, baik bagi pemerintah maupun rakyat, agar bangsa ini tetap bersatu dan sejahtera.
Krisis intoleransi dan ketidakadilan sosial yang merajalela menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila belum sepenuhnya terinternalisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Generasi muda memiliki peran penting untuk memastikan bahwa Pancasila tidak hanya menjadi simbol, tetapi juga menjadi prinsip yang hidup dalam praktik sehari-hari. Perjuangan melawan intoleransi, ketimpangan, dan korupsi harus dimulai dengan kesadaran dan aksi nyata untuk mengedepankan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Pancasila. Ini menuntut komitmen bersama untuk memerangi segala bentuk penyimpangan yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa.
Akhirnya, untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut, Pancasila harus kembali dijadikan pusat dalam setiap pengambilan keputusan dan kebijakan publik. Peran serta masyarakat dalam menjaga persatuan, menegakkan keadilan sosial, dan melawan hoaks sangatlah penting. Dengan mengamalkan Pancasila secara konsisten, kita tidak hanya melindungi negara dari ancaman perpecahan, tetapi juga memastikan bahwa Indonesia terus berkembang sebagai negara yang kuat, adil, dan harmonis. Generasi muda harus menjadi garda terdepan dalam mengawal penerapan Pancasila demi masa depan bangsa yang lebih baik.
*Penulis: Mahasiswa Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta