Dana Dompu di Umur 210 Tahun

Kategori Berita

.

Dana Dompu di Umur 210 Tahun

Koran lensa pos
Jumat, 11 April 2025

Oleh: Syafrudin, ST., MT

Peradaban Dompu sudah ada sejak masa Paleolitikum dan Megalitikum (3500 - 1000 tahun SM). Peninggalan masa tersebut masih dapat dilihat di Situs So Langgodu Doromanto dan sepanjang aliran sungai Hu,u Desa Hu,u. Di sana banyak ditemukan peroduk kehidupan manusia yang di pahat pada Batu, peralatan hidup dari batu dan benda-benda dari batu. Di pedalaman rimba hutan Saneo, di Utara Dompu, sebuah menhir berdiri tegak, berbentuk batu tegak, dengan landasan berasal dari batu di puncak bukit kecil, diyakini sebagai tempat pemujaan. Ada sisa-sisa kehidupan masa prasejarah di sana. Peradaban Dou Dompu merupakan salah satu yang tertua di timur Nusantara, dengan temuan arkeologis yang menyebar hampir di seluruh wilayahnya. Wilayah Ncuhi Hu,u, Saneo, Nowa dan Riwo banyak ditemukan bekas pemukiman masa periode awal. (Sumber, Penelitian Balai Arkeologi Bali)

Di wilayah Selatan Dompu, Kawasan Nangasia Hu’u, diyakini sebagai pelabuhan kuno Dompu, ditemukan pecahan gerabah, kuburan duduk juga manik-manik yang merupakan produk yang dihasilkan oleh manusia 2500 tahun SM semakin mempertegas negeri ini memiliki peradaban besar, variasi dan keberagaman tinggalan arkeologis adalah bukti otentiknya. (Sumber, Balar Denpasar)

Berdasarkan hasil penelitian dari Balar Bali, dalam buku Mozaik Kebudayaan Dompu, Penduduk Dompu adalah masyarakat asli yang mendiami wilayah Dompu, yang disebut Austronesia, dengan beberapa ciri utama yaitu memasak dalam bambu (timbu), pemakaman duduk/kubur batu (rade mbolo) dan perahu bercadik, itu adalah beberapa indikator penanda bahwa kehidupan astronesia berkembang di Dompu, dan penanda itu masih ada sampai sekarang.

Pulau Satonda dengan Danau Satondanya merupakan Danau  terasin di dunia, yang pada awalnya merupakan danau air tawar, tetapi karena letusan hebat Tambora tahun 1815, dinding sebelah Selatan pulau hancur, dan mengakibatkan air laut masuk dan terperangkap di dalam danau hingga sekarang. Di dalamnya ditemukan alga yang hidup jutaan tahun yang lalu, dikenal oleh para ilmuwan dengan nama Stromatolit.

Mahapatih Gajahmada dari Kerajaan Majapahit memilih Kerajaan Dompu sebagai salah satu kerajaan yang ingin di taklukkannya melalui sumpah Palapa tahun 1331. Tertulis dalam lembaran Kitab Kuno Negara Kertagama. Butuh dua kali penyerangan oleh Majapahit, Dompu baru bisa ditaklukkan pada tahun 1357 di bawah pimpinan Pangeran Nala yang dikenal dengan peristiwa Padompo. 

Penaklukan Dompo melalui peristiwa Padompo, membawa sebuah kepercayaan baru yang bercirikan Hindu - Budha, dan eksistensi kepercayaan ini berlanjut di atas Dorobata. Komposisi batu bata dalam berbagai ukuran, membentuk tangga berundak dalam jumlah ganjil, meneruskan fungsi pundan berundak, yang awalnya tumpukan batu alam tertata, berubah menjadi tumpukan batu bata yang teratur. 

Di atas Dorobata, melalui ekskavasi mulai tahun 1989 oleh Tim Balar, selain ditemukan sisa konstruksi dari batu bata berbagai ukuran, membentuk pola ruang teratur, diyakini bangunan megah pernah berdiri di atasnya, dengan fungsi khusus dan menjadi core area bagi kawasan pemerintahan Kerajaan Dompo.

Situs Klasik Dorobata adalah situs yang berusia ribuan tahun, yang merepresentasikan tiga lapis zaman, yaitu zaman Animisme (pundan berundak, lingga dan yoni), zaman Hindu Budha (struktur batu bata untuk tempat pemujaan), zaman Islam (berdirinya Asi Dompu masa Sultan Syamsudin) dari hasil analisa karbon oleh Badan Tenaga Atom Indonesia, batu bata yang ada di Dorobata berusia antara abad 12 Masehi akhir sampai 13 Masehi (sumber, Balar Denpasar). 

Tidak jauh dari lokasi ini, di tengah areal persawahan dan kebun masyarakat banyak ditemukan batu dakon, batu pahat dan beberapa peninggalan arkeologis, yang ketika ditarik hubungan fungsional menunjukkan ada kehidupan agraris masa awal, telah tumbuh dan berkembang kuat.

Islam masuk masuk ke tanah Dompu dan resmi mempengaruhi kehidupan Dou Sapaju Dana Dompu tahun 1545. Tetapi jauh sebelum itu di Nowa (wilayah Ncuhi Nowa) awal abad ke 16 Syekh Abdul Karim  yang menyebarkan agama Islam, dilanjutkan oleh Syekh Nurdin dari Makkah (Sumber, Bo Dompu dan Catatan Syeikh Boe). Dompu menjadi tempat hadirnya beberapa orang Syeikh besar dan berpengaruh dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara, antara lain SyeikhAbdul Karim, Syeikh Nurdin, Syeikh Ismail, Syeikh Subuh, Syeikh Aliki, Syeikh Umar, Syeikh Ismail, Syeikh Usman, Syeikh Abdurrahman dan Syeikh Abdul Gani. 

Di Kesultan Dompu masa Pemerintahan Sultan Salahudin, syariat Islam diterapkan secara penuh sehingga dipilih menjadi  penyelenggarakan Konverensi Islam Dunia yang dihadiri oleh 182 ulama terkemuka dunia dari Irak, Mesir, Syiria, Bahrein, Persia, Yaman, Habsi, Singapura, Hadramaut dan diselenggarakan di Sigi Na,e Karijawa (Sumber: Bo Dompu)

Sultan Muhammad Sirajuddin (Manuru Kupa) memiliki kisah heroik, menantang Belanda yang Ingin memiliki tanah di Dompu untuk membangun kantor, namun oleh beliau, diberikan segenggam tanah yang dimasukkan dalam tempurung kelapa. Perlawanannya terhadap Belanda, berakibat diasingkannya beliau ke Kampung Air Mata Kota Kupang. Dan Asi/Istananya di hancurkan oleh penjajah, tiang kayu yang berjumlah 24 dijadikan sebagai komponen banker oleh Belanda dan Jepang.

Setelah dilantik tahun 1886, Sultan Muhammad Sirajudin atau Sultan Manuru Kupa memperkenalkan salah satu wastra asli Dana Dompu yang Bernama Muna Pa’a yang terinspirasi dari nilai-nilai Islami, sumber daya alam Dompu, salah satu aplikasi unsur bangunan uma panggu dan kemahiran penenun dari Ranggo. Tahun 2023, Muna Pa’a telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia yang berasal dari Dompu bersama kuliner Timbu.  

Awal masa pemerintahan Swapraja. Kabupaten Dompu menjadi salah satu dari dua kabupaten di NTB yang memiliki Lambang Daerah dan semboyan Nggahi Rawi Pahu berlandaskan pada nilai Adat Bersendi Sara, Sara Bersendi Hukum, Hukum Bersendi Kitabullah, yang juga tertuang dalam prinsip dasar kepemimpinan di dana Dompu yaitu Nggusu Waru. Semboyan Nggahi Rawi Pahu kemudian di Perdakan tahun 1979 oleh Bupati H. Suwarno Atmojo.

Madu Saneo adalah madu alam terbaik di Indonesia bahkan di Dunia yang kandungannya mampu membunuh bakteri secara cepat (hasil riset Doktor dari IPB). Kayu Kalanggo (Duabanga) yang tumbuh di Hutan Tambora adalah tanaman Endemik Indonesia yang hanya tumbuh di tiga tempat di dunia. Serta Rusa Timor dan Jara Gunu sebagai hewan endemik Dompu yang menjadi salah satu unsur lambang daerah Dompu dan NTB. 

Adat dan Tradisi budaya Dou Dompu, selain warisan asli nenek moyang Dou Dompu melalui tradisi daur hidup (nika ra nako, suna ra ndoso, mori ra woko, kanggihi kanggama, dll) juga di pengaruhi oleh Kebudayaan Islam dari Melayu (hadara, baju kuru, todu me’e, rimpu, dll). Leka Dana, Wati Tuba Doro, Pa'a Ceko Pa'a Sakolo, Paja Rewo Tuka Risu adalah kearifan Lokal Dou Dompu dalam bidang pola ruang dan arsitektur (Feng Shui) yang sudah mendaptakan Hak Kekayaan Intelektual dari Kemenkumham RI.

Kabupaten Dompu disebut juga Negeri Tiga Teluk, yaitu Teluk Cempi di Selatan dengan potensi di daratnya adalah Emas, panas bumi dan tembaga serta keberadaan Pantai La Key menjadi satu-satunya pantai di Dunia yang memiliki empat jenis ombak berbeda untuk surfing, salah satunya adalah ombak kidal dan la key pike. Teluk Saleh di Barat di sebut sebagai Aquarium Dunia dengan salah satu potensinya adalah keberadaan Hiu Paus, dan Teluk Sanggar di Utara dengan salah satu potensinya adalah Tuna Sirip Kuning. 

Salah satu alasan Dunia harus mengenal Indonesia adalah keberadaan Gunung Tambora, dengan letusan mahadahsyatnya tanggal 11 April 1815, laksana seorang ibu yang baru melahirkan, menghadirkan kehidupan baru di lerengnya, dengan hamparan tanah subur, menghasilkan salah satu kaldera terdalam dan terluas di dunia, dengan hamparan luas Savana Doroncanga tempat Dimana mata air jernih mengalir dan diminum oleh ribuan ternak yang digembalakan secara alami. 

Putra Dompu Kelahiran Kempo menjadi orang pertama dari Provinsi NTB yang menjadi menteri pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri. Beliau adalah Bapak H. Faisal Tamin, terpilih menjabat sebagai menteri PAN. Kemudian salah satu peraih Habbibie Award lahir di Tanah Dompu beliau adalah Profesor Mikrajuddin dari ITB Bandung. Fisikawan terkemuka Indonesia dan Dunia yang telah menghasilkan ribuan penelitian yang telah dipatenkan.

Dompu juga memiliki ahli hadits yang tinggal di Kota Nabi, Madinah Al Munawwarah. Beliau bernama Syaikh. Prof. Dr. Abdollah Bin Syaikh Muhammad Hasan Dompu. Beliau juga adalah salah seorang petinggi di Universitas Thaibah Madinah KSA. Begitupun adik kandungnya, Dr. Fatmah Binti Syaikh Muhammad Hasan Dompu, pernah menjabat sebagai direktur salah satu Rumah sakit terkenal di Makkah.

Ini tentang kebanggan, tentang identitas, tentang pembeda dan penegas, bahwa tanah iniadalah bentuk baiknya Tuhan untukku dan kita semua, tempat Dimana orang tua menghadirkan kehidupan layak melalui perjuangan dan keringat ayah yang menjadi asupan makanan yang halal di air susu Ibu untuk anak-anaknya. 

Dompu, telah mewarnai Nusantara dengan seluruh sumber daya dan keindahan kearifan lokalnya. Tanah kelahiranku yang terus bertahan dengan kehidupan yang silih berganti di atas tubuhnya. Dengan luka yang tergores oleh ‘anak-anaknya” karena ingin dan mau duniawi. Ia akan selalu menjadi “Ibu” bagi kehidupan di tubuhnya melalui kesuburan dan kelimpahan sumber daya alam. Ia akan selalu menjadi punggung untuk dipijaki oleh seluruh unsur yang ingin memanfaatkannya melalui Pembangunan di seluruh bidang kehidupan. Dan ia akan selalu menjadi rumah besar sebagai sumber kebanggaan untuk mereka yang datang juga pergi, akan menjadi alasan kuat untuk kita selalu Pulang…!!. 

Tak ada alasan untuk tidak bangga di lahirkan, besar dan hidup di salah satu tanah terbaik di bumi ini, negeri yang di hadirkan Allah di tengah-tengah pulau Sumbawa, dengan sejuta sumber daya yang melimpah. 

Dana Dompu adalah salah satu persyil syurga yang Allah hadirkan untuk Bumi.
Dirgahayu ke 210 Dana Dompu Maju ma Nggahi Rawi Pahu
“Catatan kecil, wujud cintaku pada Dana Dompu”

*Penulis: Pemerhati Sejarah dan Budaya Dompu.