RAMAINYA HARI JADI DOMPU Ke 210th DAN EKSISTENSI BUDAYA DOMPU

Kategori Berita

.

RAMAINYA HARI JADI DOMPU Ke 210th DAN EKSISTENSI BUDAYA DOMPU

Koran lensa pos
Senin, 14 April 2025

 

              Adiansyah Dompu


Oleh: Adiansyah Dompu 

Hari Jadi Dompu ke 210 tahun yang baru dirayakan tanggal 11 April 2025 beberapa waktu yang lalu sangat ramai dengan dinamika dan hiruk pikuk publik, khususnya terkait dengan Kebudayaan dan Identitas KeDompuan. 

Dalam alam Demokrasi, perbedaan pendapat, Kritik dan masukkan dari rakyat merupakan obat dan vitamin yang menyehatkan pembangunan. Dinamika yang muncul merupakan kabar yang sangat baik dan membahagiakan sebab itu menunjukkan bahwa Kesadaran Dou Dompu akan identitasnya makin hari sudah makin tinggi dan massif. Dengan demikian Identitas Dompu akan terus terjaga ke depan karena yang menjaganya adalah Dou Dompu sendiri. 

PERHATIAN PEMERINTAH DAERAH 

Beberapa waktu belakangan ini Penulis melakukan percakapan pendek lewat pesan singkat dengan Kakanda Bambang Firdaus (BBF) selaku Bupati Dompu dan sudah lama berdiskusi dengan Kakanda Muttakun sebagai Ketua DPRD Kabupaten Dompu saat ini dan dengan Kakanda Abdul Muis (Pak Daeng) sebagai Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Dompu, menyangkut Pembangunan di Kabupaten Dompu khususnya tentang Identitas dan Kebudayaan Dompu. 

Dari komunikasi-komunikasi singkat tersebut, saya memahami bahwa para Pemimpin kita adalah sosok-sosok yang  terbuka dengan masukan-masukan yang ada dan punya Visi Besar bagaimana memajukan Dompu. Ini tentu menjadi modal yang baik untuk sinergitas semua elemen masyarakat ke depan dalam upaya bersama-sama membangun Dompu menuju Dompu yang Maju. Membangun Dompu yang kompleks dan penuh dinamika tentunya harus dilakukan secara bersama dalam semangat Gotong Royong, dengan falsafah Dompu yang sudah turun temurun: Weha Ruku, Weha Weki, Weha Rawi. 

Dengan Falsafah WEHA RUKU, WEHA WEKI, WEHA RAWI, jika kita punya kepedulian pada sesuatu, maka jangan menunggu perintah atau menunggu kesempatan atau posisi. Lakukan apa yang bisa dilakukan saat itu juga demi kemajuan Dana dan Dou Dompu yang kita cintai, walaupun itu cuma sekedar menyingkirkan duri di jalanan atau membersihkan jalanan dari sampah atau menulis gagasan atau ide membangun. 

Demi Dompu, tidak ada istilah Weha Nara (Cari Muka) atau Weha Ade (Menarik Simpati atau perhatian) dll ketika melakukan sesuatu yang baik. Itu semua adalah bentuk kecintaan kita kepada Tanah Pusaka tercinta, sepotong Surga yang jatuh ke bumi bernama Dompu. 


PAKAIAN ADAT BUPATI DAN WAKIL BUPATI DOMPU 

Terkait Poin yang ramai di Media Sosial menyangkut Pakaian Adat Pemimpin Dompu yang dikenakan oleh Bupati dan Wakil Bupati Dompu dalam beberapa Foto dan Video juga yang dikenakan pada saat Upacara Peringatan Hari Jadi Dompu, penulis memang menerima beberapa pertanyaan dari beberapa kawan tentang pendapat saya terkait Foto Bupati dan Wakil Bupati Dompu apakah sesuai dengan Pakem yang ada di Dompu? 

Penulis tidak terlalu tahu banyak bentuk kritik itu seperti apa dan penulis tidak menyaksikan secara langsung melainkan hanya memperhatikan lewat Video maupun Foto yang dikirim. Tetapi kalau kita amati foto dan Video yang beredar dan jika dibandingkan dengan foto-foto lama dengan busana yang seperti itu, maka yang dikenakan Bupati dan Wakil Bupati Dompu ini tidak ada yang salah dan tidak keluar dari Pakem yang ada. Kira-kira memang begitulah busana adat para Pemimpin Dompu tempo dulu.

Format dan pola Busana tersebut jika dibandingkan dengan Pakaian Kebesaran Sultan Dompu masih mirip dengan yang dikenakan oleh pemimpin Dompu di era AKJ-SYAH atau di era HBY dan era-era sebelumnya dan itu tidak keluar dari pakem. Kalaupun ada perbedaan, maka lebih pada perbedaan warna dan bentuk yang sudah disesuaikan dengan Inovasi peradaban dan perubahan zaman. 

Dan jika perbedaan itu yang menjadi masalah bagi sebagian orang, maka kalau kita bicara tentang Pakaian adat Bupati dan Wakil Bupati Dompu sebagai Pemimpin Politik di era Modern seharusnya memang berbeda dengan Pakaian Kebesaran Sultan Dompu era Kesultanan sebagai Simbol Kultural. 

Perbedaan-perbedaan kecil tersebut justru penulis apresiasi karena dengan demikian Bupati dan Wakil Bupati Dompu tidak menyamakan diri dengan Sultan Dompu. Hal itu justru merupakan sebuah bentuk Penghormatan Pemimpin Dompu saat ini kepada Pemimpin Dompu zaman dulu sebagai yang saat ini menjadi sebuah Simbol Kultural. 

Jadi penulis tidak melihat ada masalah dengan busana adat yang dikenakan oleh Bupati dan Wakil Bupati Dompu itu. 


KEBERPIHAKAN PEMERINTAH 

Mengamati dinamika yang ada di Dompu khususnya terkait keberpihakan Pemerintah Daerah Kabupaten Dompu terhadap Budaya dan Identitas Dompu, Penulis juga melihat bahwa Pemerintahan yang baru dibawah kepemimpinan BBF-DJ mempunyai semangat yang sama dengan pemerintahan-pemerintahan sebelumnya di era AKJ-SYAH maupun era HBY di 2 Periode maupun sebelumnya, bahwa keberpihakan itu ada. 

Keberpihakan itu bisa kita lihat dari bagaimana Muna Pa'a tetap dianggap sebagai Simbol Identitas Dompu. Dari Bupati, Wakil Bupati, Ketua DPRD, para pejabat di bawahnya sampai seluruh elemen Masyarakat tetap menjadikan Muna Pa'a sebagai Busana Kebanggaan akan identitas Dompu yang telah berkembang pesat sejak puluhan bahkan ratusan tahun. Dalam banyak event kita bisa melihat bagaimana Bupati Dompu dan para pemimpin kita yang lian mengenakan MUNA PA'A dalam berbagai kegiatan resmi bahkan di luar daerah. 

Dalam beberapa kesempatan, Bupati Dompu juga menyerukan perlunya Kesadaran Dou Dompu akan identitas dan budayanya. Walaupun dalam era kolaborasi ini dituntut kebersamaan berbagai pihak untuk bersatu membangun Dompu, termasuk dari berbagai kebudayaan dan identitas yang berbeda yang ada di Dompu, Dou Dompu diharapkan tetap menjaga identitasnya sebagai Dou Dompu. 

Dan fakta ini menumbuhkan optimisme bagi penulis bahwa seluruh jajaran Pemerintah Daerah Kabupaten Dompu juga DPRD Kabupaten Dompu akan tetap menjadikan Budaya dan Identitas DOMPU sebagai prioritas dalam membentuk Karakter Dou Dompu sebagai landasan Ideal membangun Dompu. Jika ditambah dengan Kolaborasi bersama banyak elemen masyarakat dan lembaga-lembaga yang sejak lama muncul untuk memperjuangkan Identitas dan Kebudayaan Dompu, maka DANA DAN DOU DOMPU yang JAYA dan MAJU di tanahnya sendiri akan terwujud. 

Ke depan yang menjadi harapan kita bersama, Keberpihakan PEMDA Dompu akan menjadi lengkap ketika bersama dengan DPRD Kabupaten Dompu menyusun Peraturan Daerah (PERDA) tentang PEMAJUAN KEBUDAYAAN dan secepatnya disyahkan sehingga Kebudayaan dan Identitas Dompu menjadi lebih terlindungi untuk memperkuat Peraturan Bupati (Perbup) Kabupaten Dompu Nomor 27 Tahun 2021 tentang Pelestarian Budaya Daerah Kabupaten Dompu. Dengan demikian, upaya untuk mencapai Kemajuan Kebudayaan Dompu mendapatkan Payung Hukum dan perhatian lebih.


BUDAYA AKAN SELALU BEREVOLUSI 

Dalam membahas Kebudayaan, kita harus ingat bahwa segala sesuatu di Dunia ini tidak ada yang Statis. Semuanya dinamis sesuai perkembangan zaman. 

Dan karena Perkembangan kebudayaan berjalan seiring dengan perkembangan peradaban manusia sehingga melahirkan Budaya Kontemporer yang terinspirasi oleh pemerintahan sebelumnya tapi tidak menghilangkan budaya lama, maka penggunaan Simbol-simbol identitas KeDompuan saat ini pastilah tidak akan sama persis dengan bentuknya dengan yang lama melainkan akan mengalami Evolusi sesuai zamannya tetapi tidak akan pernah menghilangkan Identitas Dompu. 

Maka jadikan perbedaan yang muncul itu sebagai bentuk Kemajuan peradaban Dou Dompu yang tetap menghormati peradaban yang lama dan jangan diartikan sebagai upaya melupakan yang lama. 

Jayalah Identitas Dompu.
Majulah Peradaban Dompu. 

Lereng Merapi, 12 April 2025