OPINI : ANCAMAN SAMPAH PLASTIK

Kategori Berita

.

OPINI : ANCAMAN SAMPAH PLASTIK

Koran lensa pos
Selasa, 16 Oktober 2018
BAMBANG SUPRIADI
PEMERHATI LINGKUNGAN & KETUA DPD LDII SUMBAWA BARAT
OPINI, Lensa Post NTB - Hari Lingkungan Hidup yang jatuh pada tanggal 5 Juni diperingati setiap tahunnya. Masyarakat peduli lingkungan di berbagai belahan bumi sangat antusias menyambutnya. Keperihatinan terhadap lingkungan yang terus tergradasi serta harapan terujudnya kualitas lingkungan ideal menjadi pemicu hadirnya berbagai inisiasi dan kreasi dalam memperingati hari lingkungan hidup. United Nations Environmental Program (UNEP)  setiap tahun meliris tema yang relevan dengan kondisi yang dihadapi dunia saat itu. Adapun tema tahun ini adalah Beat Plastic Pollution atau Kendalikan Sampah Plastik. Perlunya pengendalian sampah plastik karena sudah menjadi ancaman bagi kelangsungan kehidupan mahluk hidup. Sejalan dengan tema ini penulis mencoba mengangkat judul “Ancaman Sampah Plastik” dengan sedikit paparan terkait gambaran data sampah plastik khususnya di Indonesia, bahaya sampah plastik dan solusi penangulangannya (program 3R).

Gambaran Sampah Plastik di Indonesia
Polusi plastik kini mencapai tahap yang memprihatinkan. Banyaknya sampah plastik ini telah membuat beberapa spesies hewan terancam keberadaannya. Pengendalian sampah plastik yang belum memadai berdampak pada peningkatan timbulan sampah plastik yang terus melaju  dari dari tahun ke tahun. Timbulan sampah plastik di 22 kota metropolitan dan kota besar di Indonesia terus berlangsung setiap tahunnya. Tercatat lebih dari 400.000 m³ sampah plastik tahun 2011 meningkat menjadi lebih dari 1.200.000 m³ di tahun 2015 (Sekretariat Adipura KLHK, 2016)
Sementara aktivitas dan jumlah sampah plastik yang dikelola belum optimal sehingga masih ada sampah plastik yang tidak terfilter dan mencapai laut. Data statistik pengelolaan sampah plastik Indonesia saat ini sebagai berikut: 10 – 15% daur ulang;  60 – 70% di TPA, 15 – 30% belum dikelola; terbuang ke lingkungan terutama ke lingkungan seperti sungai, danau, pantai hingga sampai ke laut. Akibatnya lautan di  Indonesia menyimpan sampah plastik dalam jumlah yang sangat besar hingga menempatkannya dalam urutan kedua di dunia setelah China. Sekitar 187,2 juta ton sampah plastik di lautan Indonesia setiap tahun (Jambeck, Jena R., et.al, 2015 dengan judul “Plastic Waste Inputs from Land into the Ocean” yang dipublikasikan www.sciencemag.org, February 13, 2015, Vol. 347).
Sumber utama sampah plastik berasal dari kemasan (packaging) makanan dan minimuman, kemasan consumer goods, katong belanja serta pembungkus barang lainnya. Maraknya penggunaan plastik ini ketika orang secara drastis meninggalkan kemasan organik  atau wadah yang bisa dipakai berkali-kali.  Di satu sisi ledakan produksi plastik  10 tahun terakhir telah melampaui total produksi plastik yang diproduksi satu abad sebelumnya, telah menjadi pemicu semakin kuatnya ketergantungan orang dengan plastik,  seolah-olah plastik tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Dengan plastik semua serba praktis. Berdasarkan laporan PBB, dunia menggunakan 5 milyar kantong plastik setiap tahunnya di mana sebanyak  13 juta ton sampah plastik terbuang di laut atau setara dengan satu truk penuh sampah plastik setiap menitnya.

Bahaya Sampah Plastik :
Dewasa ini sampah pastik sangat mengancam dan telah menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan hidup, di ataranya: (1) Banjir akibat pendangkalan sungai dan tersumbatnya aliran air; (2) Tercemarnya air tanah dan tanah; (3) Terganggunya penyerapan air ke dalam tanah; (4) Menurunkan kesuburan tanah; (5) Dapat membunuh hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing, karena kandungan racun dalam partikel plastik; (6) Plastik susah terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman, serta dapat menjadi racun berantai sesuai urutan makanan. dibutuh waktu 100 – 500 tahun perut bumi untuk mencerna sampah plastik tersebut; (7) Terjeratnya hewan terutama di perairan laut dan terbunuhnya biota laut dan burung disebakan adanya kandungan plastik di dalam tubuhnya. Ancaman sampah plastik bagi kelestarian biota laut umumnya karena telah menjadikan sampah plastik sebagai makanananya. Beberapa jenis hewan laut menganggap sampah plastik sebagai makanannya karena mengganggapnya sebagai cumi-cumi bagi burung laut (Albatros) dan ubur-ubur bagi penyu. Akibatnya banyak biota laut dan burung yang mati karena memakan sampah plastik. Selanjutnya adanya kompetisi ruang di perairan karena tumpukan sampah plastik apalagi jika membentuk pulau akan membuat biota laut semakin terdesak.   Beberapa di antaranya terjerat hingga mengganggu pertumbuhannya bahkan sampai mati.

Beberapa kasus kematian hewan laut, ditemukan banyak sampah plastik di dalam lambung dan ususnya. Kematian paus percontohan sirip pendek pada tanggal 1 Juni 2018 di Thailand Selatan setelah memakan lebih dari 8 kg kantong plastik dan kemasan lainnya. Sebelumnya pada akhir Februari, seekor paus sperma jantan muda ditemukan terdampar dan mati di pantai Murcian, Spanyol Selatan. Hasil investigasi mengungkapkan adanya sampah plastik seberat 29 kilogram di perut dan usus paus yang meyebankan adanya peradangan pada dinding bagian dalam perut (peritotnis). Adapun jenis sampah plastik tersebut meliputi potongan tali, jaring, kantong plastik, karung rafia, dan cerigen.  Penggunaan plastik sebagai kemasan makanan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit pada manusia karena terpaparnya partikel plastik ke dalam makanan terutama makanan dalam kondisi panas. Kebiasaan menggunakan plastik yang salah dan sampahnya yang tercemar kemana-mana tentu dapat menjadi acaman bagi kelangsungan kehidupan makhluk hidup. Oleh karena itu mari kita perang melawan sampah plastik.

Program 3R
Inisiasi penanganan sampah plastik melalui program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sudah lama ada, namun inplementasinya masih sangat minim. Akibatnya sampah plastik terus bertambah.  Reduce (pengurangan) penggunaan plastik adalah solusi yang tepat untuk ditindaklajuti segera dalam rangka mengurangi timbulan sampah plastik. Caranya harus dimulai dari hulu bukan penanganan di hilir. Pembatasan produksi plastik mau tidak mau harus dilakukan dan ini perlu intervensi Pemerintah. Sejalan dengan itu di tingkat masyarakat pengguna mari  segera beralih menggunakan bahan organik atau atau kemasan yang bisa dipakai berkali-kali. Beberapa tips diantaranya: (1) Substitusi penggunaan kemasan plastik dengan daun untuk bungkus nasi dan makanan lainnya; (2) Bawa wadah dari rumah saat akan berbelanja; (3) Tidak menggunakan tas kresek untuk membawa barang belanjaan; (4) Tidak menggunakan plastik sebagai kemasan  makanan, namun gunakan rantang atau sejenisnya; (5) Hindari penggunaan gelas plastik, gelas kaca lebih sehat dan ekonomis.
Penanganan sampah plastik tentunya harus dilakukan secara terpadu dan terus menerus terutama intervensi dominan dari Pemerintah sangat diharapkan. Sebab jika tidak demikian maka ancaman sampah plastik akan semakin menjadi-jadi. Akibatnya,  jumlah plastik yang mengacaukan lautan akan meningkat tiga kali lipat dalam satu dekade, sampah plastik pun akan terus bertambah jumlahnya hingga melebihi jumlah ikan di laut, atau bahkan jumlah sampah plastik  akan lebih banyak dari jumlah mahluk hidup di perairan pada tahun 2050.  Demikian perkiraan besaran dampak dan ancaman sampah plastik oleh kalangan saintis jika tidak dikendalikan dengan baik. Tetapi,  Indonesia Siap Mengedalikan Sampah Plastik, demikian tajuk beberapa media yang terbit  awal bulan ini, semoga. (***)