Ir. KHAIRUDIN M. ALI, M.AP - PIMPINAN BIMEKS GROUP |
Kota Bima, Lensa Post NTB – Teka-teki Pemilik Bimeks Group, Ir. Khairudin, M.Ali,
M.AP mundur dari seleksi KPUD Kota Bima, padahal dirinya telah dinyatakan Lulus
untuk Seleksi CAT dan Psikotest dengan nilai Tertinggi, kini telah terjawab.
Melalui pesan WhatsApp Pria yang telah benyak melanglang buana di dunia
Jurnalistik ini berkomentar, Ia mundur pada saat proses seleksi calon anggota
KPUD Kota Bima sedang berjalan, Ir Khairudin M. ALI, M.AP mengaku terpaksa dia
lakukan. Pendiri BiMEKS group yang sudah lulus seleksi CAT dan Psikotest dan
tersisa 25 peserta dari 56 pendaftar itu, pulang ke Bima sebelum wawancara oleh
Timsel yang dijadwalkan Senin siang, kemarin. "Saya terpaksa mundur di
tengah jalan karena alasan pribadi. Saya tidak berminat untuk melanjutkan
proses itu (seleksi calon anggota KPU, Red) karena alasan yang tidak bisa saya
jelaskan," katanya, Senin, 3 Desember 2018.
Khairudin menjelaskan, sejak awal memang
tidak berminat mengikuti seleksi itu. Tetapi karena banyak dorongan dari
sahabat dan kolega, ia terpaksa ikut mendaftar juga. "Sejak awal anak-anak
dan istri saya juga tidak merestui. Tetapi karena saya pikir saya juga memiliki
tanggungjawab sosial, ya saya mendaftar juga," ujarnya. Dia menjelaskan,
sempat berharap tidak lolos dalam seleksi administrasi supaya tidak perlu ke
Mataram untuk mengikuti tes CAT. Tetapi rupanya dia dinyatakan lulus
dengan skor paling tinggi, 150. "Saya pun ke Mataram dengan perasaan yang
tidak sepenuhnya siap. Bahkan saya tidak melakukan persiapan apa+apa dalam
menghadapi CAT," tambahnya.
Selama di Mataram, dia mengaku sering ingin
pulang. Tetapi sejumlah kawan memberi motivasi sehingga ia bertahan. Bahkan
sejumlah kawannya ada yang datang menemui di hotel tempatnya menginap
untuk.memberi dorongan. Puncaknya ketika malam sebelum seleksi kesehatan jiwa
untuk menjawab 567 soal, Khairudin mengaku hanya sempat tidur sebentar. Sorenya
dia mengaku didatangi seseorang yang mengakui bisa membantu meloloskan dirinya
hingga lima besar. Kawannya itu bercerita sering mengatur hasil akhir dalam
menentukan calon penyelenggara Pemilu karena memiliki koneksi dan jaringan.
"Batin saya tidak terima, saya sudah lama mendengar soal ini tetapi saya
tidak ingin percaya. Bagaimana mungkin penyelenggara Pemilu diatur-atur Ormas
dan peserta Pemilu? Ini gak benar," ujarnya.
Situasi ini membuatnya tambah galau dan
akhirnya memutuskan mengundurkan diri. "Saya tidak mau menjadi
penyelenggara Pemilu sebagai 'boneka' yang punya hutang atas rekomensasi dari
macam-macam Ormas dan peserta Pemilu," katanya. Soal ini diakuinya
sudah lama ia dengar. Tetapi ia tetap tidak percaya. "Saya khawatir
kalau ini benar, maka apa jadinya masa depan demokrasi kita. Anak muda kelak
tidak lagi menempa diri untuk bisa tumbuh menjadi pribadi hebat, punya
kapasitas, serta integritas. Mereka cukup memburu rekomendasi dan jadilah
penyelenggara Pemilu. Ini yang membuat saya galau," tuturnya. Kepada
pihak-pihak yang menghendaki dirinya untuk menjadi penyelenggara Pemilu,
Khairudin mohon maaf. "Saya benar-benar minta maaf atas keputusan ini.
Memang mengecewakan, tetapi semua akan ada pelajaran yang bisa diambil dari
setiap keputusan kontroversial seperti ini," katanya. (LP.NTB/ SUKUR)