Bambang Budi Utomo, Peneliti dari Puslit Arkenas Jakarta |
Dompu, Lensa Pos NTB - Pemindahan Istana Dorobata ke lokasi yang baru di Komplek Masjid Baiturrahman Dompu saat ini diperkirakan terjadi setelah tahun 1830.
Hal itu diungkapkan oleh Bambang Budi Utomo, Peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) di sela-sela kegiatan Ekskavasi Situs Klasik Dorobata ke 17 di Kelurahan Kandai Satu Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu NTB, Senin (1/7).
"Pemindahan Istana dari Dorobata ke lokasi Masjid Agung sekarang ini bukan pada tahun 1815 setelah beberapa saat terjadinya letusan Gunung Tambora tapi setelah tahun 1830," kata Peneliti senior ini. Ia juga meyakini kehancuran Istana Dorobata yang terletak di Puncak Bukit Dorobata adalah akibat abu vulkanik Gunung Tambora.
Bambang kemudian mengemukakan alasan yang memperkuat asumsi itu. Dikatakannya pasca letusan dahsyat Gunung Tambora pada tahun 1815, kehidupan di Pulau Sumbawa saat itu benar-benar mengalami kelumpuhan. Hingga belasan tahun lamanya korban manusia masih terus berjatuhan akibat wabah yang ditimbulkan oleh letusan gunung tersebut.
Proses Ekskavasi Situs Klasik Dorobata ke 17 di Kelurahan Kandai Satu Dompu, Senin (1/7) |
"Setelah Tambora meletus sampai tahun 1830 (Pulau) Sumbawa masih kacau masih banyak yang mati akibat kelaparan," ungkap peneliti senior di Puslit Arkenas Jakarta ini.
Menurutnya pada saat itu sawah-sawah tertutup timbunan abu vulkanik Tambora sehingga tidak bisa menghasilkan pangan yang bisa dimakan oleh masyarakat yang hidup kala itu. Tak terelakkan lagi banyak rakyat mati hingga belasan tahun kemudian akibat kelaparan.
"Yang mati langsung saat itu sekitar 100 ribu tapi yang mati karena kelaparan banyak sekali. Bagaimana mau bikin sawah kalau semuanya tertutup abu vulkanik sehingga akibatnya terjadi bencana kelaparan," paparnya.
Dikemukakan Bambang hal itu cukup beralasan karena Benua Eropa saja mengalami dampak yang begitu dahsyat akibat letusan Tambora saat itu. Selama 2 tahun Eropa tidak disinari matahari sehingga mengalami musim dingin berkepanjangan sampai 2 tahun.
"Eropa saja yang begitu jauh mengalami dampak yang luar biasa apalagi Pulau Sumbawa," ungkapnya. (AMIN)