Wow Ternyata "Parsada" itu Dari Bahasa Sansekerta

Kategori Berita

.

Wow Ternyata "Parsada" itu Dari Bahasa Sansekerta

Koran lensa pos
Kamis, 04 Juli 2019
Salah satu contoh parsada (batu-bata) berukuran besar yang ditemukan di Situs Klasik Dorobata Kandai Satu Dompu NTB hasil ekskavasi ke 17 tahun 2019, Senin  (1/7).

Dompu, Lensa Pos NTB - Parsada dalam sebutan masyarakat Dompu dan Bima yang berarti batu-bata ternyata berasal dari Bahasa Sansekerta. 
Hal itu diungkapkan oleh Nyoman Rema dari Balai Arkeologi (Balar) Bali yang ditemui media ini di sela-sela kegiatan ekskavasi (penggalian) Situs Klasik Dorobata di Lingkungan Sambitangga Kelurahan Kandai Satu Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu NTB, Senin siang (1/7).
Prasada dalam Bahasa Sansekerta mengandung arti candi, gedung atau secara umum bermakna bangunan suci tempat pemujaan. 
"Parsada itu merupakan bentuk rusakan (pecahan) dari kata prasada dalam Bahasa Sansekerta yang berarti bangunan suci yang menggunakan batu-bata," ungkap Rema.
Selaras dengan itu Rema menyebutkan batu-bata berukuran besar yang ditemukan di Situs Klasik Dorobata persis sama dengan model batu-bata yang ditemukan di bekas Kerajaan Majapahit maupun di tempat-tempat lain yang mendapat pengaruh kuat dari Kerajaan Majapahit. 
"Di beberapa daerah kekuasaan Majapahit  seperti di Bali banyak sekali prasada-prasada sebagai tempat pendharmaan roh suci leluhur," urainya.
Rema melanjutkan kuat dugaan bangunan terbuat dari batu-bata (parsada) yang ditemukan di Situs Dorobata adalah sebagai tempat pemujaan bagi masyarakat Dompu saat itu karena mendapatkan pengaruh kuat dari Kerajaan Hindu Majapahit pada sekitar tahun 1357 Masehi.
"Di sini (Dorobata) juga ditemukan pecahan-pecahan tembikar yang mirip dengan yang ada di Majapahit," tambahnya.

Hal senada juga diungkapkan Bambang Budi Utomo, Peneliti senior dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) Jakarta. Ia meyakini masyarakat Dompu sebelum mendapatkan pengaruh Islam memeluk Agama Hindu akibat pengaruh dari Kerajaan Majapahit. 
"Telah terjadi hubungan perdagangan yang baik antara Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Dompu kala itu dari segi perniagaan," ulas Bambang.
Hubungan baik itu, lanjutnya membawa pengaruh juga pada agama yang dianut oleh masyarakat sehingga masyarakat Dompu kala itu memeluk agama Hindu seperti agama yang dianut oleh keluarga Kerajaan Majapahit.
Namun ia menampik bahwa Kerajaan Dompu saat itu di bawah jajahan atau kekuasaan Majapahit.
"Dompu bukan di bawah jajahan Majapahit tetapi murni hubungan perdagangan," tandasnya.
Ia melanjutkan wilayah kekuasaan Majapahit hanya di seluruh wilayah Jawa Timur saat ini dan sebagian wilayah Jawa Tengah.
"Jawa Barat saja waktu itu Kerajaan Padjajaran bukan wilayah kekuasaan Majapahit apalagi di daerah yang jauh seperti Dompu ini. Tidak mungkin Dompu di bawah kekuasaan Majapahit," jelasnya mengakhiri. (AMIN)