Qaidul Ilfani |
OPINI, Lensa
Pos NTB - Hari
demi hari demokrasi di negeri ini semakin sakit dengan praktek oknum yang
terlalu berambisi dengan menghalalkan segala cara demi meraih apa yang diinginkan,
hal-hal yang menerobos aturan dan hukum sudah menjadi bukan soal, sehingga
money politik sudah dijadikan sebagai jurus andalan.
Praktik
politik uang pada saat pelaksanaan pemilihan umum masih subur terjadi, satu di
antaranya disebabkan sebagian masyarakat yang masih kurang melek pendidikan
politik. Mereka lebih berorientasi kepada materi, sehingga mau saja memilih
calon tertentu ketika diberikan uang.
"Sebagian
masyarakat kita ini masih berorientasi dengan hal yang bersifat material. Ada
sebagian yang kurang melek akan buruknya praktik politik uang. Mereka cenderung
berpikir apatis, dan menerima politik uang untuk memilih, Meski ada yang hanya
memikirkan materi saja, tetapi sebagian lainnya masih melihat profil calon
seutuhnya tanpa terjebak materialisme.
Masyarakat
yang masih mempertimbangkan visi misi serta program dari para kandidat calon,
baik itu dalam skala kecil contonya : pemilihan RT, BPD maupun Calon Kades.
Maupun dalam skala besar contohnya : pemilihan Bupati, DPR, GUBERNUR bahkan
Presiden. Segenap masyarakat yang masih terjebak materialisme ini perlu
memikirkan lagi untuk tidak menerima politik uang.
Mereka
harus disadarkan, untuk menolak praktik kotor tersebut, dan melihat lagi para
calon yang akan dipilih dari visi misi dan programnya. "Dibanyak tempat
orang berpikir cerdas, mereka melihat profiling para calon, tanpa terjebak
materialisme, masih mempertimbangkan sangat besar visi misi dan program.
Masyarakat lainnya memang harus disadarkan akan dampak buruknya politik
uang,"
Karena
dengan terjadinya praktik politik uang, tidak menutup kemungkinan akan ber
Imbas pada terjadinya korupsi, karna dengan cara korupsi lah para kandidat
terpilih untuk mengganti modalnya pada saat kampanye politik
Disinilah
perlunya peran pemuda intelektual yang paham politik untuk menghapus penyakit
yang membuat masyarakat mudah baper/terjebak dalam praktik politik uang. Kesalahan
tidak semuanya tertuang pada pemilih yang kurang melek, tetapi juga kepada para
peserta pemilu yang akan dipilih. Penulis adalah : "QAIDUL ILFANI", Departemen
PTKP HML Komisariat UMMAT. (LP-Den26)