Drs. Suaidin, M. Pd saat menjadi Duta Pendidikan Indonesia tahun 2015 melakukan studi banding ke 4 negara maju di Eropa. Suaidin bersama rekan-rekannya berpose di Museum Senjata bekas Perang Dunia II di kota Tua Sit Petter Burg, bekas Ibukota Uni Sovyet (atas). Suaidin saat berada di salah satu tempat di Russia (bawah)
Dompu, koranlensapos.com - Setiap orang pasti memiliki kenangan manis maupun pahit yang sangat berkesan dalam hidupnya. Meski peristiwa itu telah lama berlalu, namun tetap tersimpan kuat dalam memori ingatan.
Seperti itu pula yang dirasakan oleh Drs. Suaidin Usman, Pengawas Pendidikan Provinsi NTB Cabang Dinas Dikbud Kabupaten Dompu. Pada 7 (tujuh) tahun silam, tepatnya tahun 2015, ia mendapatkan kehormatan sebagai Duta Pendidikan Indonesia untuk melakukan Banch Marking atau setingkat studi banding ke 4 (empat) negara maju di Benua Eropa, yakni Russia, Finlandia, Swedia dan Inggris.
Ada 8 (delapan) orang yang dinobatkan sebagai Duta Pendidikan Indonesia pada saat itu, terdiri dari 4 (empat) orang pengawas, termasuk Suaidin dan 4 (empat) orang guru. Suaidin merupakan satu-satunya duta asal NTB.
Mereka mendapatkan kehormatan itu melalui proses seleksi ketat. Dari ratusan guru dan pengawas berprestasi dalam berbagi bidang diseleksi oleh tim Pusat melalui portofolio prestasi yang pernah diraih, presentasi hasil karya, wawancara menilai wawasan kependidikan, termasuk penilaian sikap/katakter selama seleksi dan wawancara dan selama presentasi.
"Terpilih 4 orang pengawas, 4 orang guru dari Indonesia. Sisanya dari negara lainnya," kenang Suaidin.
Dikatakannya Pemerintah RI mengutus dirinya bersama 7 rekannya sebagai Duta Pendidikan Indonesia dan 4 orang pemandu dari pejabat kemdiknas untuk melakukan Bench Marking selevel studi banding guna melihat secara langsung wajah dunia pendidikan di 4 negara maju tersebut di atas, serta hal-hal yang memengaruhi kemajuan pendidikan di negara-negara tersebut.
Setelah selama sebulan mengunjungi 4 negara maju itu, mereka menyaksikan secara langsung potret pendidikan di negara-negara tersebut, maka terlihatlah bahwa pendidikan di Tanah Air jauh tertinggal.
"Kurikulum Pendidikan dan karakter bangsa kita sudah sangat jauh ketinggalan," jelas Suaidin kepada media ini.
Saat itu syarat kelulusan di Indonesia masih ditentukan oleh hasil Ujian Nasional. Sehingga dari hasil studi banding tersebut direkomendasikan Ujian Nasional (UN) tidak lagi menjadi syarat kelulusan.
"Akhirnya UN dihapus diganti dengan Assesmen Nasional. Itu modifikasi dari negara Finlandia," tuturnya.
Pendidikan di Indonesia saat Itu masih dirundung sejumlah masalah. Mulai dari masalah kurikulum, ujian nasional, kekerasan terhadap siswa dan guru hingga pelecehan seksual masih sering terjadi di Tanah Air. Padahal pendidikan adalah pondasi penting bagi perkembangan suatu negara.
Setelah merdeka, tercatat sudah 10 kali pemerintah Indonesia mengubah kurikulum pendidikan dengan tujuan menyempurnakan kurikulum yang sebelumnya. Mulai dari kurikulum Rentjana Pelajaran Terurai 1957 hingga Kurikulum 2013. Kurikulum boleh berganti, tapi masih banyak masalah mendasar dalam dunia pendidikan.
Selain kurikulum, ujian nasional saat itu juga menjadi perdebatan. UN juga menjadi hal yang sangat menakutkan bagi pelajar saat itu. Enam tahun lamanya belajar di tingkat SD dan masing-masing tiga tahun pada tingkat SMP dan SMA ditentukan oleh hasil akhir berupa UN.
Banyak pihak yang menilai UN saat itu tak bisa dijadikan patokan kelulusan seorang pelajar sehingga Kelayakan UN sebagai penentu kelulusan dipertanyakan sejak zaman Menteri Pendidikan yang dipimpin oleh Bambang Sudibyo.
Akhirnya, Anies Baswedan mengubah kebijakan UN dengan menyerahkan penilaian siswa secara menyeluruh ke pihak sekolah karena guru dan pihak sekolah adalah yang paling mengetahui kemampuan seorang pelajar. Bahkan ketika Anies digantikan oleh Muhadjir Effendy, sempat terdengar kabar akan dilakukan moratorium UN meski saat itu UN tetap berjalan. Setelah Mendikbud Nadim Makarim semua agenda yang menjadi perdebatan telah dituntaskan dengan nama Kurikulum merdeka.
Drs. Suaidin, M. Pd (tanda centang merah) bersama rekan-rekan Duta Pendidikan Indonesia dan para Duta Pendidikan dari negara lain mengunjungi rumah tua tempat Presiden Russia, Vladimir Putin dilahirkan dan bermain di masa kecilMasih ada lagi permasalahan lain terkait pendidikan di Indonesia sampai saat ini, yakni kekerasan dan pelecehan murid yang terjadi di lingkungan sekolah bahkan melibatkan para guru. Banyak juga tindak kekerasan yang dilakukan wali murid terhadap guru.Hal ini menunjukkan jika tidak adanya komunikasi yang terjalin antara sekolah dengan wali murid, sekolah menjadi jauh dari artinya sebagai tempat untuk belajar dan menimba ilmu.
Salah satu elemen penting dalam pendidikan adalah guru karena ia yang bertugas untuk mengajar, mendidik, melatih, membimbing, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi murid-muridnya di sekolah. Sehingga sekolah-sekolah harus memiliki guru yang berkualitas.
Suaidin mengemukakan banyak hal yang dapat dipelajari bagaimana negara-negara maju itu terus mengembangkan perekonomiannya.
Menurut penelitian dari The Wharton School University of Pennsylvania menyatakan bahwa kesejahteraan sejalan dengan jumlah uang yang dihasilkan. Negara-negara yang punya pendapatan perkapita semakin tinggi maka akan semakin sejahtera hidup masyarakat.
Karena negara maju sudah pasti mempunyai pendapatan perkapita tinggi. Tidak mengherankan kalau angka harapan hidup masyarakatnya juga tinggi. Fasilitas seperti kesehatan dan pendidikan mudah diakses oleh siapa saja.Ketika sudah sejahtera maka masyarakat di negara maju dapat melakukan banyak hal termasuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Sehingga perkembangan negara maju akan semakin terlihat oleh pencapaian-pencapaian di bidang ilmu pengetahuan. Mereka terus melakukan inovasi dan observasi.
Drs. Suaidin Usman, M. Pd sedang mempromosikan kain tenun Dompu-Bima kepada seorang wanita berkebangsaan Russia Namun demikian, negara maju pertama kali ditentukan seberapa besar pendapatan perkapita negara. Indikator pertama ini menentukan kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.
Finlandia merupakan negara terbaik di dunia dalam mengelola pendidikan dengan pendapatan perkapita yang tinggi. Pendapatan perkapita mencapai US$44.500,-, sedangkan Pendapatan Domestik Bruto atau PDB berdasarkan Paritas daya beli adalah sebesar US$244,9 miliar (2015).Kualitas hidup masyarakat Finlandia sejalan dengan tingginya pendapatan perkapita di negara tersebut. Negara yang sukses di bidang pendidikan itu secara otomatis menjadikan tempat paling bahagia untuk ditinggali.
Negara Finlandia pada tahun 2014 mendapat predikat sebagai negara paling bahagia di dunia. Menurut World Happiness Report menyatakan bahwa orang Finlandia berbahagia dengan kondisi geografis yang sangat dingin. Mereka tidak berfikir untuk menunggu cuaca baik untuk sekadar merasakan bahagia dan malah berenang ketika suhu udara 1 derajat Celcius.
Soal jaminan kesehatan dan keamanan juga menjadi indikator Finlandia menjadi negara paling bahagia. Akses terhadap kesehatan yang gratis membuat angka harapan hidup masyarakat yang tinggi.
Jika dibandingkan dengan orang Amerika, Finlandia lebih banyak waktu digunakan untuk mengobrol daripada menonton Netflix. Ini menunjukkan betapa negara yang sukses di bidang pendidikan itu adalah masyarakat yang bahagia.
Salah satu kunci Finlandia menjadi negara dengan predikat sistem pendidikan terbaik di dunia karena memiliki guru yang berkualitas. Guru-guru di Finlandia harus melalui seleksi dan pelatihan yang cukup ketat.Tak sembarang orang yang dipilih untuk menjadi guru di negara tersebut.Untuk masuk perguruan tinggi keguruan persaratanya siswa minimal siswa rengkin 1 sd ranging 5 di kelas yang bisa daftar. Setelah jadi guru, mereka dilatih agar dapat memilih metode apa yang akan mereka gunakan di dalam kelas. Guru-guru juga bebas dari persyaratan eksternal seperti adanya inspeksi, pengujian standar dan kontrol dari pemerintah. Finlandia sudah meniadakan proses inspeksi atau pengawasan sekolah sejak tahun 1990-an.
“Guru-guru harus memiliki pendidikan berkualitas sehingga mereka benar-benar tahu bagaimana menggunakan kebebasan yang diberikan kepadanya dan belajar memecahkan masalah dengan cara yang berbasis penelitian," kata Leena Krokfors, profesor dari Helsinki University kepada The Guardian.
Mengajar adalah profesi yang paling “dihormati" di Finlandia dan mengajar di sekolah dasar adalah karir yang paling dicari. Kualitas guru di Finlandia semakin tinggi karena banyak yang melamar menjadi guru adalah lulusan terbaik dari universitasnya, menurut Center on International Education Benchmarking (CIEB).
Sedangkan di Indonesia, kualitas guru masih rendah. Hal itu diketahui dari hasil tes kompetensi terhadap para guru yang menunjukkan hasil yang belum memuaskan. Padahal kunci kesuksesan pendidikan ada di tangan guru,
Kolaborasi Guru dan Orangtua Murid. Guru memang bertugas untuk mengajari murid di sekolah. Namun dalam mendidik seorang anak, peran orangtua sangatlah mempengaruhi. Sehingga guru-guru di Finlandia menjalin komunikasi dengan orang tua atau wali murid dalam mendidik anak.
Menurut Center for Teaching Quality tersebut , hubungan yang baik antara guru, orangtua dan murid adalah penting. Hubungan yang baik hanya dapat tercipta karena adanya saling percaya. Siswa dan orang tua mempercayakan semuanya kepada guru, sehingga jembatan di antara mereka adalah komunikasi.Komunikasi yang baik tentu dapat mempermudah para guru dalam mengembangkan program belajar yang akan diterapkan kepada anak didiknya. Hal ini juga untuk mengurangi gesekan atau kesalahpahaman yang terjadi antara guru dan orangtua atau wali murid.
Ada beberapa pemahaman orang tua tentang guru di Finlandia yang dapat dicontoh orang tua di Indonesia. Pertama adalah orangtua di Finlandia sangat menghormati guru dan pihak sekolah. Mereka menganggap guru adalah orang tua kedua, dan sekolah adalah rumah kedua.
Orangtua di Finlandia memahami bahwa pekerjaan mengajar adalah pekerjaan yang kompleks dan penuh dengan dinamika. Kompleksitas dalam mengajar ini mendorong para orang tua untuk mendukung para guru dalam semua aspek.
Di Finlandia, apabila seorang guru mengalami kesulitan dalam mengajar kepada seorang siswa, orang tua akan membantu semaksimal mungkin, bukan menyalahkan gurunya karena tidak serius atau tidak mampus dalam proses mengajar.
Orangtua juga menganggap guru adalah pahlawan kesuksesan bagi anak-anak mereka. Banyak siswa menghias dan memajang foto guru di kamarnya, bahkan dengan tambahan kalimat "You are my inspiration".
Di hari pertama anak masuk sekolah, guru akan menjelaskan kepada orangtua dan anaknya bahwa sekolah bukan tempat yang menyeramkan, yang menyebabkan tekanan batin, dan ketegangan. Mereka menjelaskan jika sekolah adalah tempat yang menyenangkan untuk belajar.
Para guru juga akan mengerahkan seluruh daya dan upaya agar dapat memahami kondisi intelektual dan emosi murid bahkan sampai ke hal-hal yang kecil. Dengan mengetahui kondisi intelektual dan emosi murid, guru di Finlandia dapat mencari jalan keluar atau cara khusus dalam mengajar atau mendidik murid tersebut.
Dalam menyampaikan kritik kepada guru atau pada pihak sekolah, orangtua di Finlandia menyampaikan dengan cara yang santun. Mereka memahami bahwa pekerjaan mengajar bukanlah pekerjaan yang ringan. Di sisi lain, para guru senang menerima kritik, karena hal itu sangat membantunya dalam menyelesaikan permasalahan belajar anak didiknya.
Kualitas guru yang tinggi serta memiliki komunikasi yang baik dengan orang tua menjadi salah satu kunci bagi Finlandia untuk selalu berada di puncak sebagai negara dengan pendidikan terbaik di dunia sejak tahun 2000.
Di Indonesia, kita masih kerap mendengar orangtua yang sibuk menyalahkan guru jika anaknya tak lulus sekolah. Di sisi lain, masih ada pula masalah struktural, misalnya kekurangan guru termasuk di daerah terpencil. Belum lagi honor dan tunjangan yang kerap belum layak . Atau bahkan, di banyak daerah, gaji yang tak bisa membuat guru hidup layak.
Kalau di Negara Swedia masuk ke 10 sebagai Negara paling kaya di dunia tahun 2021. Pendapatan perkapita Swedia mencapai 57.660 Dolar AS per kapita.Pendapatan perkapita sebanyak itu dihasilkan dari warga masyarakat yang banyak lulusan dari perguruan tinggi. Swedia diandalkan dalam dunia elektronik selain produksi rekayasa yang menyumbang devisa 50 persen.
Swedia mempunyai produk elektronik yang menjadi indikator kemajuan negara. Perusahaan besar seperti Volvo, Sony Ericsson, IKEA, dan masih banyak lainnya adalah penghasil produk elektronik yang laris di dunia. Makanya tidak heran Swedia termasuk negara maju di Eropa.
"Jadi pada intinya pendapatan perkapita yang tinggi maka akan berimbas pada kualitas hidup masyarakat. Selain itu jaminan hidup layak di negara maju pun sangat diperhatikan baik dari segi jaminan kesehatan dan pendidikan yang mudah diakses. Tidaklah jauh beda dengan negara Rusia yang beribukota Moscow," ulasnya. (emo).