Micro Teaching sebagai Wahana Pembentukan Guru Hebat: Tinjauan Kompetensi Pedagogik dan Kepribadian Mahasiswa Calon Pendidik

Kategori Berita

.

Micro Teaching sebagai Wahana Pembentukan Guru Hebat: Tinjauan Kompetensi Pedagogik dan Kepribadian Mahasiswa Calon Pendidik

Koran lensa pos
Jumat, 25 April 2025

 

        Muhasir, M. Pd


Oleh: Muhasir, M.Pd*

Pendidikan adalah jantung peradaban. Di balik kemajuan sebuah bangsa, ada peran penting para guru yang tidak hanya mengajar, tetapi juga membentuk karakter dan masa depan generasi muda. Dalam konteks inilah, keberadaan guru hebat menjadi sebuah keniscayaan. Namun, guru hebat tidak terbentuk secara instan. Dibutuhkan proses pendidikan dan pelatihan yang terstruktur, terarah, dan berkesinambungan. Salah satu wahana penting dalam membentuk calon guru yang unggul adalah melalui mata kuliah Micro Teaching.

Sebagai dosen pengampu mata kuliah Micro Teaching di STAI Al Amin Dompu, saya menyaksikan langsung bagaimana proses ini menjadi momen krusial bagi mahasiswa calon guru. Micro Teaching bukan sekadar latihan mengajar mini. Ia adalah ruang reflektif, ruang eksploratif, dan ruang evaluatif yang memberikan pengalaman nyata dalam praktik pedagogik, serta memperkuat kepribadian sebagai pendidik yang profesional.

A. Micro Teaching dan Kompetensi Pedagogik Mahasiswa

Kompetensi pedagogik merupakan salah satu elemen utama dalam profesi keguruan. Mahasiswa tidak cukup hanya memahami teori belajar, kurikulum, atau strategi pembelajaran secara tekstual. Mereka harus mampu menerjemahkan teori tersebut dalam praktik mengajar yang nyata, kreatif, dan kontekstual. Di sinilah Micro Teaching memainkan perannya.
Melalui simulasi mengajar di dalam kelas micro teaching, mahasiswa belajar bagaimana menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), mengelola kelas, menyampaikan materi, serta melakukan asesmen terhadap hasil belajar siswa. Mereka juga belajar menyesuaikan pendekatan pembelajaran dengan karakteristik peserta didik. Semua itu adalah bentuk konkret dari penguatan kompetensi pedagogik.
Sering kali, mahasiswa yang semula merasa gugup dan belum percaya diri, perlahan mulai tumbuh menjadi pribadi yang siap tampil, mampu berkomunikasi dengan jelas, dan mulai memahami bahwa mengajar bukan hanya soal menyampaikan materi, tetapi juga membangun interaksi, empati, dan kebermaknaan.

B. Micro Teaching sebagai Cermin Kepribadian Calon Guru

Seorang guru yang hebat bukan hanya cakap dalam hal akademik, tetapi juga memiliki kepribadian yang baik. Dalam dunia pendidikan Islam, hal ini bahkan menjadi syarat utama: guru harus menjadi teladan (uswah hasanah) bagi murid-muridnya. Kepribadian seperti tanggung jawab, kesabaran, ketulusan, kedisiplinan, dan integritas, perlu diasah sejak dini.
Melalui proses Micro Teaching, mahasiswa dihadapkan pada berbagai dinamika yang menuntut kesiapan mental dan emosional. Mereka belajar untuk menerima kritik dengan lapang dada, mengevaluasi kekurangan diri, serta membangun sikap rendah hati untuk terus belajar. Dalam sesi-sesi evaluasi, mahasiswa tidak hanya menilai aspek teknis, tetapi juga mencermati cara bicara, sikap tubuh, cara berpakaian, hingga cara menghadapi peserta didik yang "bermasalah".
Pengalaman inilah yang secara tidak langsung membentuk kepribadian mereka sebagai calon guru. Kepribadian tidak diajarkan dengan ceramah, melainkan dibentuk lewat pengalaman nyata, seperti yang terjadi dalam kelas micro teaching.

C. Tantangan dan Harapan

Meskipun Micro Teaching memiliki banyak manfaat, pelaksanaannya tidak selalu berjalan tanpa tantangan. Fasilitas terbatas, waktu praktik yang sempit, serta kesiapan mahasiswa yang beragam menjadi catatan tersendiri. Namun tantangan tersebut seharusnya tidak melemahkan semangat kita sebagai pendidik untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran.
Saya percaya bahwa dengan pendekatan yang tepat, pembimbingan yang intensif, serta penilaian yang konstruktif, Micro Teaching dapat menjadi medan yang subur untuk tumbuhnya guru-guru hebat masa depan. Mahasiswa harus menyadari bahwa mata kuliah ini bukan sekadar kewajiban akademik, tetapi investasi jangka panjang dalam membentuk identitas mereka sebagai pendidik.

D. Penutup: Menjadi Guru Hebat adalah Proses

Menjadi guru hebat adalah proses panjang yang dimulai dari kemauan untuk terus belajar, mengoreksi diri, dan bertransformasi. Micro Teaching memberi ruang aman bagi mahasiswa untuk berproses, gagal, mencoba lagi, hingga akhirnya menemukan gaya mengajarnya sendiri.
Di STAI Al Amin Dompu, kami berkomitmen untuk terus membimbing mahasiswa dalam proses ini. Kami ingin mencetak guru-guru yang tidak hanya pandai bicara, tetapi juga mendalam dalam berpikir, teguh dalam kepribadian, dan lembut dalam mendidik. Karena sejatinya, guru hebat bukan hanya mereka yang menginspirasi lewat kata-kata, tetapi mereka yang membentuk karakter lewat keteladanan.
Semoga Micro Teaching senantiasa menjadi wahana yang memberdayakan calon-calon guru untuk menjadi pendidik yang berkualitas, berakhlak mulia, dan mampu membawa perubahan nyata bagi masa depan bangsa.

*Penulis: Dosen Pengampu Mata Kuliah Micro Teaching, STAI Al Amin Dompu, NTB